PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

Ikhwanul Muslimin, Bukan Kumpulan Insan Karbitan
BY: Nandang BUrhanudin
*****

Terlalu sering menuliskan tentang Ikhwan Muslimin, maka stigma yang mudah distempelkan kepada saya adalah: saya anggota Ikhwan International. Ini entah kali ke berapa saya diidentikkan dengan Ikhwan. Malu rasanya hati ini. Karena setahu yang saya baca dari buku-buku, Ikhwan adalah aktualisasi dari kemurniaan akidah, keteguhan prinsip, keberaturan pemikiran. Seluruh a'dha (anggota) jamaah Ikhwan terpadu dalam kemurniaan hati dan bersatu dalam cahaya akal (nalar), serta semua anggotanya diikat dalam kedalaman perasaan. Itulah ajaran Islam yang Allah ridhai sebagai Din, way of life bagi kehidupan, teraktualiasi dalam akhlak. Model dakwah Ikhwan adalah tadarruj (bertahap, gradual), tamahhul (tidak memaksakan kehendak), silmiyyah (mengedepankan perdamaian, harmoni), dan menebar kebajikan kepada seluruh umat manusia.




Di atas dasar prinsip tersebut, tentu saya sama sekali tak layak, terlebih saat memperhatikan kualitas dan kapasitas diri. Jika memang ada kesamaan pemikiran dan cita-cita, maka kesamaan saya dan kita dengan Ikhwan adalah Islamnya itu sendiri. Tidak lebih tidak kurang. Karena Ikhwan adalah organisasi yang anti penjajahan, mengedepankan kemuliaan, kemerdekaan, ketenangan, dan kehidupan yang baik dalam bingkai Islam. 


Maka Ikhwan memilih jalan pertngahan. Tidak mengkafirkan muslim. Menjauhi aksi-aksi teror dan mengedepankan pemenuhan hak-hak yang layak bagi kaum fuqara dan masyarakat yang membutuhkan. BUktinya sangat mudah, SYaikh Khairat Syatir saat ditangkap, ditemukan bahwa beliau mengkafalahi (menyantuni) 750.000 fakir miskin.

Ikhwan memilih jalur demokrasi, tidak berarti telah keluar jalur. Sekian dekade Ikhwan menjadi korban kebengisan diktator 5 penguasa sekaligus. Mulai dari kerajaan hingga demokrasi terpimpin (diktator). Pengorbanan dan jerih payahnya tercatat apik dalam foto, tulisan, testimoni pelaku sejarah, hingga arsip-arsip intelejen internasional. Hal yang tak akan mungkin ditemukan oleh organisasi yang pendiri, tokoh, dan pemimpinnya sembunyi, berdiam diri, atau berkolaborasi dengan musuh-musuh Islam.

Rasa-rasanya, stigma saya anggota Ikhwan terlalu husnuzhan untuk diberikan. Gelar kehormatan. Setahu saya para anggota Ikhwanul Muslimin adalah orang-orang yang telah khatam Al-Qur'an 4 x sebulan. Shalatnya wajibnya dilakukan berlama-lama dengan Al-Qur'an. Bisnisnya jujur, amanah, dan terukur. Kekuatan fisiknya tegap, memiliki imunitas, dan tak mudah sakit-sakitan. Istri-istrinya adalah mujahidaat perindu syahid. Anak-anaknya terbina dengan shibghoh Islam. Jadi jika Ikhwan memiliki kader model saya, maka Ikhwan tak akan bertahan menghadapi kudeta militer dan berdemo mendekati 4 bulan berturut-turut hingga saat ini. Sungguh, Ikhwanul Muslimin bukanlah kumpulan insan-insan karbitan. Wallahu A'lam. 


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).