PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

SAAT KELUARGA DEKAT BERSETERU DI HARI KIAMAT

(Serial Qur'anic Parenting Vol. 5)

Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Tarjamah Tafsiriyah: “Orang-orang yang berhubungan dekat pada hari itu sebagiannya menjadi seteru bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa” (QS. Az-Zukhruf: 67).

Ada beberapa point tadabbur yang bisa kita ambil dari ayat di atas, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak kita, diantaranya adalah:

1. Imam Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa orang-orang yang saling berkawan dalam kedurhakaan kepada Alloh di dunia, akan saling bermusuhan kelak di akherat, dan saling berlepas diri satu sama lain. Kecuali orang-orang yang berkawan di atas asas ketaqwaan kepada Allah Ta'ala.


2. Adapun Ibnu Katsir berpendapat, "Semua pertemanan atau persahabatan yang diniatkan karena selain Allah (lighairillāh), sesungguhnya itu akan berbalik pada hari kiamat menjadi permusuhan. Sedangkan yang diniatkan karena Allah (lillâh), maka ia akan kekal seperti kekalnya Allah Ta'ala." Ini menunjukkan betapa pentingnya meniatkan sebuah hubungan sosial sebagai ibadah karena Allah, bukan sekedar berdasar pada asas kemanfaatan atau pengakuan sosial belaka.

3. "Al-Akhillā'" disini sering diartikan sebagai Ash-Shodāqah (pertemanan) atau Ash-Shahābah (persahabatan). Namun An-Nabulsi dalam tafsirnya mengisyaratkan bahwa ayat ini juga mencakup hubungan kekeluargaan, bahkan lebih kuat dari sekedar pertemanan atau persahabatan. Karena Al-Khullah itu adalah tingkat kedekatan paling tinggi dari hubungan dua orang, dimana ada padanya cinta dan kasih sayang. Adakah hubungan yang lebih dekat dan kuat dibanding hubungan suami-istri atau orang tua-anak?

4. Berdasarkan ulasan di atas, bisa disimpulkan bahwa semua hubungan pertemanan, persahabatan, kekeluargaan di dunia akan menjelma menjadi permusuhan atau perseteruan kelak hari kiamat, kecuali jika hubungan itu dilandaskan pada asas ketaqwaan atau rasa takut kepada Allah Ta'ala.

5. Karena rasa takut kepada Allah inilah yang akan menjadi filter, agar hubungan kedekatan itu tidak membawa kepada dosa atau kemaksiatan yang menyebabkan mereka akan berseteru dan saling berlepas diri di hari kiamat karena saling menyalahkan satu sama lain.

6. Keterputusan hubungan atau saling berlepas diri antar angggota keluarga itu bahkan sudah dimulai saat pertama kali kiamat tiba, sebagaimana Allah jelaskan dalam surat 'Abasa. Selanjutnya yang terjadi adalah perseteruan dan saling menyalahkan. Seperti istri yang menyalahkan suami, mengapa sebagai pemimpin, tidak membimbing keluarga sesuai arahan agama. Sebaliknya, suami menyalahkan istri, mengapa diam saja dan malah mendukungnya berbuat dosa. Atau seperti anak yang menyalahkan orang tua, mengapa tidak mendidiknya dengan baik dan membiarkannya terjerumus dalam kemaksiatan.

7. Maka disini penting nya menegakkan amar ma'ruf nahi munkar dalam keluarga. Saling mengingatkan dalam kebenaran. Saling menasehati atas kesabaran. Agar hubungan kekeluargaan itu tidak membawa pada dosa dan menyebabkan bencana bagi semua. "Takutlah akan sebuah bencana yang tidak akan menimpa kepada orang-orang zhalim saja, dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras hukumannya" (QS. Al-Anfāl: 25).

Semoga dengan meniatkan hubungan karena Allah Ta'ala, menegakkan amar ma'ruf nahy munkar dalam rumah tangga, saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, kita dan keluarga termasuk dalam barisan orang-orang yang bertaqwa, yang dikecualikan oleh Allah Ta'ala untuk berseteru kelak di akherat sana. Semoga.

Kota Nabi, 5 Ramadhan 1441

@hakimuddinsalim


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).