PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

MUKIDI REBUTAN ANAK
```Mukidi dan Ponikem yg baru saja bercerai sedang memperebutkan hak kepemilikan anaknya.```
```Di ruang sidang pengadilan ponikem dgn pede nya berkata :```
```"Anak keluar dr perut saya, ya sdh pasti milikku"```

```Mukidi marah2 dan menyanggah :```
```"Koq lucu asal ngomong aja ,emang kalo uang keluar dari atm trus uangnya milik atm?"```
```"Jelas sudah pasti uangnya punya yg masukin kartu atm dong"```

```majelis hakim pun terbengong bengong sambil manggut manggut dan semua yang hadir di ruang sidang pun tertawa dan memberi aplaus pada mukidi....```
```Mukidi kok dilawan!!!???```



NAIK UNTA
Mukidi lagi melancong ke Arab, seperti orang Indonesia yang lainnya. Dia juga ikut tour naik unta. Tapi unta di Arab tidak seperti unta di Indonesia, ketika Mukidi bilang, “duduk” dan unta langsung duduk.
Namun lain kejadiannya. Unta di Arab, walaupun Mukidi sudah bilang: “Duduk, sit.. sit, jongkok, diuk.”
Sang unta tetap berdiri, dan akibatnya Mukidi tidak bisa naik.
Pawang Unta (PU): “Bilang Assalamualaikum, baru unta duduk.”
Mukidi: “Asalamualaikum” langsung onta duduk, Mukidi naik, unta langsung berdiri lagi.
Mukidi: “Jalan.. jalan..” unta tetap diam. Dipukul pukul punggungnya, unta tetap tidak mau jalan.
PU :”Bilang Bismillah “
Mukidi : “Bismillah”
Onta jalan, Mukidi senang jalan naik unta dengan Pawang Unta berjalan di sampingnya.
Tak lama kemudian Mukidi bertanya, “Pawang. Bagaimana cara nyuruh untanya lari ya?”
PU: “Bilang aja Alhamdulilah”
Mukidi : “Alhamdulilah.” Dan unta pun berlari.
Mukidi senang sekali. Saking senangnya Mukidi bilang lagi “Alhamdulilah.” Dan si unta berlari tambah kencang, dan si Pawang Unta makin ketinggalan.
Ketika Mukidi sudah jauh si Pawang Unta baru ingat, belum memberi tahu caranya onta berhenti. Dari jauh PU berteriak: “Kalo mau berhenti bilang Innalillahi..”
Karena sudah jauh Mukidi tidak mendengar. Dan si unta terus berlari dengan kencang. Sampai akhirnya di kejauhan Mukidi melihat di depan ada jurang yang sangat dalam. Mukidi ketakutan, dan mencoba menghentikan onta: “Stop, stop, stoooop, stooop, oop, oop..!!”
Unta tetap berlari, jurang sudah terpampang di depan mata. “Mati gue!” kata Mukidi. Tahu dia akan jatuh kejurang dan mati.
Dalam kepanikannya dia berteriak: “Innalillahi..!!” sambil memejamkan mata pasrah. Unta mendadak berhenti. Dan ketika Mukidi membuka mata. Dia melihat persis di tepi jurang. Saking senangnya tidak jadi mati, Mukidi berteriak: “Alhamdullilah!”

NO MERCY
Mukidi melihat mbah Kartinem sedang kebingungan di kantor pos.
“Bisa saya bantu nek?”
“Tolong pasangin perangko sama tulis alamatnya nak.”
“Ada lagi nek?”
“Bisa bantuin tulis isi suratnya sekalian?” Mukidi mengangguk. Si mbah lalu mendiktekan surat sampai selesai.
“Cukup nek?”
“Satu lagi nak. Tolong di bawah ditulis: maaf tulisan nenek jelek.”

MASIH SALAH
Wakijan sudah insyaf dan mulai rajin ngaji.
“Mas Wakijan, sholat Subuh ada berapa rakaat?” Ustad ngetes.
“4, ustad!”
“Mas Wakijan pulang dulu deh, cari jawaban yang benar.”
Di tengah jalan Wakijan ketemu Mukidi sahabatnya: “Di, menurut kamu sholat Subuh ada berapa rakaat?”
“Ya 2 lah.”
“Wah payah dah, mendingan lu pulang deh. Belajar lagi.”
“Emang kenapa?”
“Nah gue bilang 4 aja masih salah, apalagi 2?”

BIKIN KONDOM
Di ruang operasi rumah sakit, seorangg dokter bedah melihat Mukidi yang akan dioperasi kelihatan gelisah. Untuk menenangkannya, Mukidi diajak bercanda.
Dokter : “Bapak tau cara membuat sarung tangan karet yang sedang saya pakai ini?”
Mukidi : “Tidak dok…”
Jawab Mukidi sambil memberi isyarat dengan tangannya.
Dokter : “Begini Pak.. Karet mentah direbus sampai meleleh lalu pegawai pabrik rame2 mencelupkan tangan ke dalam cairan karet itu. Setelah itu tangan segera diangkat untuk diangin-anginkan. Tak lama kemudian jadilah sarung tangan seperti ini.”
Mukidi tersenyum mendengar penjelasan sang dokter. Beberapa saat kemudian Mukidi tertawa terpingkal-pingkal. Dokter heran dan bertanya.
Dokter: “Mengapa Anda tertawa seperti itu..?”
Mukidi : “Dengar cerita dokter tadi, saya lalu membayangkan bagaimana cara membuat kondom.”
Dokter: (bengong)

MALU
Suatu hari DH, istri Mukidi bercerita pada suaminya.
Istri : “Mas tadi waktu aku buka BH di depan kaca yang di pinggir jendela …. Eeh nggak tahunya ada cowok ganteng lihatin aku terus……….”
Mukidi : “Terus apa yang kamu lakukan”?
Istri : “Aku malu bangeeeet mas, lalu aku tutupin aja muka aku pake BH”.
Mukidi : “Dasar dodollllll”
Istri : “Bukan dodol, Mas … Tapi aku malu”

BU MARKONAH
Cak Mukidi ke pasar, mau kulineran rujak cingur yang penjualnya ibu-ibu asal Madura bertubuh montok bernama Bu Markonah.
“Buk, rujak satu, berapa?” tanya Cak Mukidi.
“Sepoloh rebu..cak..,” kata Bu Markonah.
Selesai dibungkus, Cak Mukidi bayar dengan uang Rp 20.000. Markonah bilang, “Cak… tangan saya lagi belepotan, kembaliannya ambil sendiri di sini ya,” kata Markonah sambil menunjuk belahan dada atas.
Tanpa ragu-ragu Cak Mukidi merogoh karena orang Madura memang biasa menaruh segala macem di sana pikirnya. “Nggak ada..Bu.” kata Cak Mukidi.
Buk Markonah kasih instruksi, “Lebih dalam lagi, terus, terus. Ke kanan, ke kiri.”
Cak Mukdi: “Nggak ada…Buk.”

“Ya sudah,” kata Buk Markonah.
“Lah terus mana kembalian saya????” tanya Cak Mukidi bingung.
Buk Markonah dengan enteng berkata, “Ongkos rogoh-rogoh sepoloh rebu Cak, sampeyan kira goh-rogoh nang njero kutang ku gratis.”
Mukidi hanya garuk-garuk kepala sambil nyengir mendengar Bu Markonah

EFEK KOSMETIK
Menjelang Idul Fitri Markonah tertarik membeli kosmetik mahal asli Paris bukan beli dari MLM seperti teman-temannya. Kosmetik ajaib yang lebih mahal dari Bobbi Brown, Stila, dan Mac menurut salesgirlnya memberi garansi, pemakainya akan tampil jauh lebih muda dari usianya.
Setelah berjam-jam duduk di depan meja rias, mengoleskan kosmetik ‘ajaib’ nya, dia bertanya kepada Mukidi, sang suami:
“Mas, sejujurnya berapa tahun kira-kira usiaku sekarang?”
Mukidi memandang lekat-lekat istrinya tercinta.
“Kalau dilihat dari kulitmu, usiamu 20 tahun; rambutmu, hm…18 tahun….penampilanmu; 25 tahun…”
“Ah mas Mukidi pasti cuman menggoda,” Markonah tersipu manja.
“Tunggu dulu sayang, saya ambil kalkulator….. saya jumlahkan dulu ya…..”

MUKIDI SOPIR KENTHIR
👮Polisi: "Ya'opo critané sampèk koen nabrak uwong 25 iku?"
👶Mukidi: "Aku nyetir mobil kecepatan 90 km/jam.
Pas nang pertelon moro2 rèm-é blong. Nèk ngiwo onok wong lanang telu, lha nèk nengen onok pésta kawinan.
Cobak nèk Bapak, pilih nabrak sing endi?"
👮Polisi: "Yo mesti ngiwo, korbané luwih thithik."
👶Mukidi: "Persis..!! Aku yo mikir ngono Pak !"
👮Polisi: "Trus la'opo wong2 sing nang pésta kawinan sing malah kok tabrak???!!!"
👶Mukidi: "Lhaaa, niku masalahé Pak. Aku wis milih wong lanang telu sing nang kiwo,...eh dèk-é mlayu nyabrang moro nang pésta kawinan...
dadi aku yo mbanting stir nengen, nguber wong telu mau Pak...!"
👮Polisi: "KUENTHIRRRgg. . . . !
👶Mukidi: "Enggih leres!! pancen wong lanang telu mau kenthir Pak Polisi....”.


HAKIM DAN MUKIDI
*Jengkelnya hakim di Madura (true story) di Pengadilan Negri Bangkalan - Madura* gara-gara *Mukidi*
Hakim :"Anda Kenal terdakwa ?"
Saksi :"Tidak pak"
Hakim (mengulang) :"Anda tdk kenal dgn orang ini ?"
Saksi :"Kalo orang ini saya kenal,namanya *Mukidi*
Hakim :"Tadi anda sampaikan tdk mengenal terdakwa"
Saksi :"Iya pak, saya taunya namanya *Mukidi* bukan terdakwa..."
Hakim (mulai jengkel) :"Jadi anda kenal dengan saudara *Mukidi*..?"
Saksi :"Tidak pak"
Hakim (marah) :"Lho katanya kenal"
Saksi :"Sama *Mukidi* kenal,sama saudaranya tidak pak"
Hakim :"Saya tegaskan, jadi anda kenal dengan Bapak *Mukidi*
Saksi :"Apalagi dengan bapaknya,sama saudaranya aja saya tidak kenal"
Sidang ditutup karena *palu patah*.
 


Sekolahe MUKIDI :
*Bu Guru* bertanya: "Anak- anak... Siapa yg mau masuk surga..?"
Serempak *Anak-anak* menjawab "Sayaaaa..!"
*Mukidi* yang duduk di belakang diam saja..
*Bu Guru* bertanya lagi: "Siapa yang mau masuk..... neraka..??"
*Anak-anak*menjawab serempak "Tidak mauuuu....!!!"
*Mukidi* tetap diam saja.
*Bu guru* mendekat: "Mukidi, kamu mau masuk surga atau neraka...?
*Mukidi*: "Kedua-duanya nggak mau. ..Bu Guru..."
*Bu Guru*: "Lho...Kenapa..?"
*Mukidi*: "soalnya waktu ayah mau meninggal, beliau berpesan, _*'Mukidi... Apapun yang terjadi kamu harus masuk TENTARA...!'*_"
 


MUKIDI BERNOSTALGIA
Ketika pulang kampung bersama, Mukidi dan istri melewati pepohonan hijau di alam pegunungan. Sesampainya di kaki bukit, mereka pun berhenti sejenak. Mukidi berkata pada istrinya...

"Dik, dulu ingat gak kita pernah mendaki bukit ini... "
"Iya aku juga ingat...
Duuh jadi sedih klo mengingat peristiwa itu" kata istrinya.
"Lho ini nostalgia... Kok malah sedih...?" kata mukidi heran.

Mukidi melanjutkan cerita...
"Terus aku ketemu orang tua berjenggot... dia bilang awas jangan sampe nginjek kodok ya... kalau sampai nginjek kodok, nanti bakalan nyesal... Karena akan dapat pasangan jelek... Ingat itu"

"Aku ingat betul kata-katanya... jadi aku hati-hati... Aku sama sekali gak nginjek KODOK... makanya aku dapat istri cantik kayak kamu dik... "

Istrinya langsung menangis.. "Tapi aku nginjek, Mas"...


*)di olah dari berbagai sumber

 
  
 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).