PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

SAAT KELUARGA DEKAT BERSETERU DI HARI KIAMAT

(Serial Qur'anic Parenting Vol. 5)

Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ

Tarjamah Tafsiriyah: “Orang-orang yang berhubungan dekat pada hari itu sebagiannya menjadi seteru bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yang bertakwa” (QS. Az-Zukhruf: 67).

Ada beberapa point tadabbur yang bisa kita ambil dari ayat di atas, terutama yang berkaitan dengan pendidikan anak kita, diantaranya adalah:

1. Imam Thabari dalam tafsirnya menjelaskan, bahwa orang-orang yang saling berkawan dalam kedurhakaan kepada Alloh di dunia, akan saling bermusuhan kelak di akherat, dan saling berlepas diri satu sama lain. Kecuali orang-orang yang berkawan di atas asas ketaqwaan kepada Allah Ta'ala.

MENYIAPKAN REUNI KELUARGA DI SURGA

(Serial Qur'anic Parenting Vol. 4)

Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَٰنٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ أَلَتْنَٰهُم مِّنْ عَمَلِهِم مِّن شَىْءٍ ۚ كُلُّ ٱمْرِئٍۭ بِمَا كَسَبَ رَهِينٌ

Terjamah Tafsiriyah: "Orang-orang yang beriman, dan anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami susulkan anak-cucu itu dengan mereka, dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya" (QS. Ath-Thūr: 21).

Sebagai orang tua, kita pasti ingin bisa hidup bersama dengan anak-anak kita selamanya. Betapa berat rasanya harus berpisah dengan mereka, baik itu karena kuliah, kerja, nikah, apalagi karena kematian.

Namun semua itu, mau tidak mau, suka tidak suka, adalah sebuah sunnatullah dalam penciptaan. Ada kehidupan, ada kematian. Ada kebersamaan, ada kesendirian. Ada pertemuan, ada perpisahan. Maka yang paling penting adalah bagaimana kita dan anak-anak kita bisa bertemu dan bersama lagi di kehidupan yang kekal nanti.

Berikut ini beberapa point tadabbur dari ayat di atas yang penting untuk kita perhatikan, agar kita bisa menyiapkan reuni keluarga di surga kelak:

TAUHID MAHABBAH: SKALA PRIORITAS ANTARA CINTA ALLAH DAN CINTA ANAK

(Serial Qur'anic Parenting Vol. 3)


Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: وَإِذِ ابْتَلَىٰ إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ ۖ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا ۖ قَالَ وَمِنْ ذُرِّيَّتِي ۖ قَالَ لَا يَنَالُ عَهْدِي الظَّالِمِينَ

Tarjamah Tafsiriyah: "Dan ingatlah, ketika Ibrâhîm diuji Rabb-nya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya dengan sempurna. Allah berfirman: 'Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu pemimpin bagi seluruh manusia'. Ibrahim berkata: 'Dan aku mohon juga dari keturunanku'. Allah berfirman: 'Janji-Ku ini tidak akan menerimanya orang-orang yang zhalim" (QS. Al-Baqarah: 124).

Ayat tersebut menceritakan tentang Nabi Ibrâhîm 'alaihissalâm, yang diuji oleh Allah Ta'ala dengan berbagai hal, salah satunya Alloh menguji sekuat apa Tauhid Mahabbah (meng-esakan Alloh dalam cinta) yang dimiliki oleh Nabi dibanding dengan cintanya kepada anaknya, Ismâ'îl 'alaihissalâm.

Ujian Tauhid Cinta Ibrâhîm

Nabi Ibrâhîm adalah salah seorang Nabi yang tidak mempunyai keturunan hingga tua. Diceritakan bahwa Istrinya pun sudah tua dan mandul. Ia pun terus meminta kepada Allah Ta'ala dengan doa yang diabadikan dalam Al-Qur'an, "Wahai Tuhanku, kurniakan kepadaku seorang anak yang termasuk orang-orang sholeh" (QS. Ash-Shâffât: 100).

MENDIDIK GENERASI PENEGAK SHOLAT

(Serial Quranic Parenting Vol. 2)


Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ

Terjemah Tafsiriyah: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki darimu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thâhâ: 132).

Imam Al-Qurthubi berkata terkait ayat ini, "Alloh memerintahkan Nabi untuk menyeru keluarganya menegakkan sholat dan menunaikannya bersama mereka, bersabar dan komitmen dengannya. Seruan ini ditujukan kepada Nabi, secara umum mencakup semua umatnya dan secara khusus untuk keluarganya" (Al-Jâmi' li Ahkâmil Qur'ân: 11/263).

MENANAMKAN TAUHID PADA DIRI ANAK ADALAH YANG PERTAMA DAN UTAMA

(Serial Quranic Parenting Vol. 1)


Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA


قال الله تعالى: وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لِابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

"Dan ingatlah ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi wejangan kepadanya: 'Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar'" (QS. Luqmân: 13).

Salah satu tokoh ayah inspiratif yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah Luqmân Al-Hakîm. Bahkan namanya secara khusus dijadikan nama sebuah surat dalam Al-Qur'an. Padahal menurut mayoritas Ulama, ia bukan termasuk Nabi dan Rasul. Tentu ini mendorong kita untuk mengkaji lebih dalam profilnya dan pesan-pesannya.

Sang ayah yang bijak itu, mempunyai beberapa wejangan untuk anaknya yang dicatat oleh Al-Qur'an, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Katsir, "Wejangan-wejangan dari Luqman yang penuh manfaat ini telah Alloh Ta'ala kisahkan untuk diteladani dan dipraktekkan oleh manusia" (Tafsir Ibnu Katsir: 3/445).

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).