MENDIDIK GENERASI PENEGAK SHOLAT
(Serial Quranic Parenting Vol. 2)
Oleh: Ustd DR. Hakimuddin Salim, MA
قال الله تعالى: وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا ۖ لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا ۖ نَحْنُ نَرْزُقُكَ ۗ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَىٰ
Terjemah Tafsiriyah: "Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki darimu, Kamilah yang memberi rezeki kepadamu. Dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang yang bertakwa." (QS. Thâhâ: 132).
Imam Al-Qurthubi berkata terkait ayat ini, "Alloh memerintahkan Nabi untuk menyeru keluarganya menegakkan sholat dan menunaikannya bersama mereka, bersabar dan komitmen dengannya. Seruan ini ditujukan kepada Nabi, secara umum mencakup semua umatnya dan secara khusus untuk keluarganya" (Al-Jâmi' li Ahkâmil Qur'ân: 11/263).
Meski yang menjadi objek ayat tersebut adalah Rasulullah shalallahu 'alaihi wa salam, tetapi juga berlaku atas seluruh umatnya. Karena para ulama sepakat bahwa apa-apa yang diperintahkan kepada beliau, secara otomatis juga diperintahkan kepada umatnya, kecuali jika ada dalil yang menunjukkan pengkhususan.
Selain oleh Rasulullah, perhatian untuk mendidik anak agar menegakkan sholat ini juga diteladankan oleh figur-figur orang tua terbaik yang lain di dalam Al-Qur'an, seperti Nabi Ismail (QS. Maryam: 55) dan Luqman Al-Hakim (QS. Luqmân: 17).
Mengapa Sholat menjadi kurikulum terpenting dalam pendidikan anak kita? Karena sholat adalah rukun dan tiang agama mereka semua. Barangsiapa yang menegakkannya, maka ia telah menegakkan agama.
Sholat juga merupakan barometer baiknya amalan yang lain. Rasulullah bersabda, "Yang pertama kali dihisab dari seorang hamba di hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka baiklah semua amalannya. Jika sholatnya rusak, maka rusaklah semua amalannya" (HR. Nasa'i).
Sholat juga lah yang akan menjadi pagar penjaga anak kita dari perbuatan keji dan munkar, yang hari ini begitu merajalela dimana-mana, bahkan mulai dianggap biasa. Alloh Ta'ala berfirman, "Sesungguhnya sholat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" (QS. Al-'Ankabût).
Ada beberapa hal yang penting untuk diperhatikan terkait mendidik anak untuk menegakkan sholat:
1. Dalam ayat tersebut Al-Qur'an menggunakan kata "ishthabir" daripada kata "ishbir", sebagai penekanan dan memberi makna kesabaran yang lebih. Bahkan sebagian ulama menyebutnya sebagai ujung kesabaran. Karena menegakkan sholat itu tidak ringan. Allah Ta'ala berfirman, "Dan sungguh sholat itu sesuatu yang berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu'" (QS. Al-Baqarah: 45).
2. Kesabaran yang paling ujung itu diperlukan bukan hanya dalam menunaikan sholat, tetapi juga dalam mendidik dan mengingatkan anak-anak untuk selalu menegakkannya. Saat mereka lalai, tak boleh ada emosi dan kekerasan yang muncul, karena itu hanya akan menyisakan trauma bagi anak-anak hingga mereka tumbuh dewasa. Jangan sampai mereka jadi membenci sholat gara-gara kita.
3. Rasulullah memang menyuruh kita memukul anak-anak usia 10 tahun yang tidak mau menunaikan sholat. Tetapi itu ada syarat-syarat nya, yaitu: tidak boleh memukul yang melukai dan membekas, tidak boleh dengan benda tajam, tidak boleh memukul anak kecil yang belum aqil, tidak boleh memukul di bagian tubuh yang mematikan, dan tidak boleh memukul lebih dari 10 pukulan (HR. Bukhari).
4. Sebelum memasuki Marhalah Al-Hazm (fase ketegasan) pada usia anak 10 tahun, ada Marhalah Al-Amr (fase perintah) yang dimulai pada usia 7 tahun. Rasulullah bersabda, "Perintahkanlah anak-anakmu melaksanakan sholat pada usia 7 tahun dan pukul lah mereka (jika meninggalkannya) pada usia 10 tahun, dan pisahkan tempat tidur mereka" (HR. Ahmad & Abu Dawud).
5. Sebelum memasuki dua fase krusial itu, para orang tua sudah harus melakukan At-Ta'lîm wat Tafhîm (mengajarkan dan memahamkan), yang mencakup setidaknya cara sholat yang benar, adab-adabnya, serta urgensi dan keutamaanya. Semuanya ini sudah harus tuntas sebelum usia 7 tahun.
6. Akan lebih efektif jika sebelum itu didahului dengan At-Tahbîb (membuat anak suka sholat), baik dengan Uslûb Ats-Tsawâb (memberi hadiah jika ia mau sholat) atau dengan Uslûb Al-Mumârasah (membiasakan dan mengajaknya sholat, baik di rumah atau di Masjid).
7. Penerapan semua hal di atas, tidak akan bermanfaat banyak jika tidak ada contoh keteladanan dari orang tua (Uslûb Al-Qudwah). Maka sang ayah harus bisa mencontohkan kedisiplinan sholat berjama'ah ke Masjid dan sang ibu mencontohkan sholat tepat waktu meskipun di rumah. Segitiga saling menguatkan antara ayah, ibu dan anak harus terjalin.
8. Tantangan terbesar lain dalam mendidik anak menegakkan sholat adalah kesibukan orang tua. Terutama kesibukan mencari nafkah. Maka dalam ayat di atas Allah mengingatkan kita, "Kami tidak meminta rezeki darimu, Kami lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan kesudahan yang baik (dunia-akherat) itu adalah bagi orang yang bertakwa."
9. Bagaimanapun keberhasilan mendidik generasi penegak sholat adalah taufiq dari Alloh Ta'ala, maka kita harus berdoa dan meminta hal itu kepada-Nya. Sebagaimana Nabi Ibrahim yang berdoa, "Ya Allah jadikanlah aku dan keturunanku orang yang menegakkan sholat" (QS. Ibrahim: 40).
Kota Nabi, 2 Ramadhan 1441
@hakimuddinsalim
0 komentar:
Posting Komentar