Irwan Prayitno
Gubernur Sumbar
***
Berkali-kali saya didesak untuk melakukan “serangan balasan” atas berbagai black campaign
maupun fitnah yang ditujukan kepada saya. Desakan itu datang dari
berbagai kalangan, baik perguruan tinggi, swasta, politisi, wartawan,
birokrat maupun dari masyarakat umum. “Ayo Pak, jangan diam saja dan
sabar terus, sabar itu ada batasnya,” ujar mereka geram.
Berkali-kali mereka mendesak, namun berkali-kali pula saya menjelaskan
dengan jawaban yang sama. Jangan balas kejahatan dengan kejahatan.
Kesabaran adalah kemenangan, kesabaran adalah strategi, kesabaran adalah
solusi dari berbagai masalah.
Hampir semua yang semula memberikan pendapat tersebut mengernyitkan
kening, tidak paham dan tidak setuju dengan pendapat saya. Pendapat dan
argumen saya dianggap aneh dan tidak masuk akal. Menurut mereka, di
zaman kenabian dulu, hal itu bisa dilakukan oleh para nabi. Bahkan
banyak dicontohkan bagaimana Nabi Muhammad SAW membalas kejahatan dengan
kebaikan. Apakah di zaman seperti saat ini, metode itu masih berlaku
dan masih mangkus?
Saya mencontohkan dua orang sedang menunggu bis untuk melakukan sebuah
perjalanan yang sangat penting dan waktunya sangat mendesak. Ternyata
bis yang ditunggu-tunggu terlambat datang. Orang pertama tetap menunggu
dengan sabar dan tenang. Karena cukup lama menunggu, ia lalu membaca
buku dan membolak balik catatan bahan rapat yang akan mereka hadiri.
Sebaliknya orang kedua langsung emosi, tidak terima dengan keadaan
tersebut. Ia mengumpat dan menggerutu tak henti-henti karena kesal.
Ketika mobil datang, sopirnya langsung ia damprat sambil terus mengomel.
Akibatnya, ketika mengikuti rapat ia tidak konsentrasi karena amarah
dan rasa kesal masih bersarang di dadanya, sementara sopir yang kena
semprot tentulah merasa dendam dan sakit hati.
Beruntunglah orang pertama, meski terlambat hadir untuk rapat, tapi ia
bisa hadir rapat dengan kepala dingin, materi rapat ia kuasai dengan
baik dan tak ada orang yang tersakiti. Sedangkan orang kedua, terlambat
hadir rapat, tak bisa konsentrasi karena hatinya tidak tenang, masih ada
lagi tambahan orang dendam dan sakit hati kepadanya. Bukankah ini
berarti kesabaran adalah sebuah strategi dan kesabaran adalah
kemenangan?
Awalnya sikap dan logika seperti di atas susah dimengerti dan susah
diyakini sebagai sebuah strategi yang ampuh untuk mencapai sebuah
kemenangan. Namun seiring dengan perjalanan waktu, akhirnya mereka yang
semula membantah argumen saya mulai paham dan percaya. Satu persatu
Allah mulai memperlihatkan kekuasaanNya, satu persatu mulai terlihat
nyata, perbuatan zalim itu tidak mempan seperti yang mereka rencanakan,
bahkan malah berbalik arah menyerang pencetusnya.
Kian hari pelaku black campaign justru makin buruk reputasinya,
masyarakat makin tahu keburukan mereka, masyarakat dan semua orang makin
tahu siapa saja aktor dan sutradara di belakang semua itu. Semua makin
terang dan makin nyata tampak di depan mata. Apakah saya harus membalas
dan balik menyerang dan memfitnah serta berbuat kejahatan serupa? Tentu
saja tidak, itu bukan sebuah strategi yang baik dan itu bukanlah sebuah
jalan yang jitu untuk memperoleh kemenangan.
Saya tetap yakin bahwa kesabaran itu tidak ada batasnya, karena
kesabaran itu adalah kemenangan, kesabaran itu adalah strategi,
kesabaran itu adalah solusi. Allah dalam surat Al Baqarah ayat 153
berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat
sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Untuk menegaskan pentingnya sabar dan jaminan Allah terhadap orang yang
sabar, kata “Allah beserta (bersama) orang yang sabar” diulang-ulang
dalam sejumlah ayat.
Dalam Surat Ali Amran ayat 146 Allah berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang (berjuang) bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah, karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” Artinya orang yang sabar bukanlah orang yang lemah dan bukan pula orang yang lemah dan gampang menyerah.
Dalam Surat Ali Amran ayat 146 Allah berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang (berjuang) bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertakwa. Mereka tidak menjadi lemah, karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” Artinya orang yang sabar bukanlah orang yang lemah dan bukan pula orang yang lemah dan gampang menyerah.
Jika dilindungi seorang bodyguard dan selalu bersama kita kemana-mana
saja kita sudah merasa aman, apalagi dilindungi Allah yang selalu
bersama kita? Apakah masih ada kekuatan dan perlindungan melebihi
kekuatan dan perlindungan Allah? ***
Padang Ekspres 7 Maret 2013
0 komentar:
Posting Komentar