Ada
yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang biasanya
Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan Presiden pada
Juli mendatang.
Tokoh
muda Salafi Yogyakarta, Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin
untuk memilih pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya
pasangan ini yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya
Allah, mudah2an kemenangan berpihak pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh
partai-partai Islam,” kata Abduh Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin
(19/5/2014).
Alumni
S2 Jurusan Kimia di King Saud University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta
lebih kecil madhorotnya dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti.
Dengan tegas dia mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para
preman.
“Dibanding
negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan
partai preman bagi pengusung Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini
bukan tanpa alasan. Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan
PDI P saat kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami
pernah dizalimi oleh partai tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat
kepulangan ke Gunungkidul dari Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami
mendapatkan masa partai tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang
beberapa kilometer,” ungkapnya.
Bukan
hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang
ditumpanginya.
“Mereka
sengaja memukul mobil kami di saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan),
padahal kami sudah sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian
atas mobil dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski
demikian, pemimpin Pondok Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini
meminta maaf dengan penyebutan partai preman.
“Jadi
maaf saja kami gelari partainya dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun
semua akui kebanyakan dari kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis
dan brutal. Kami warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan
PREMAN,” tukasnya.
Alasan
lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDIP
terang-terangan anti Islam.
“Anti
Islam (hampir semua RUU yang berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi
(menentang penutupan Dolly) dan Pro miras (tolak perda larangan miras),”
jelasnya.
Maka,
pengisi tetap radio Muslim Yogyakarta ini menganjurkan untuk memilih pasangan
Capres yang mudhorotnya lebih ringan.
“Pilihlah
yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang
berkuasa,” tegasnya.
Diapun
menukil ucapan ulama besar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu
Taimiyah: Orang yang cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang
buruk. Akan tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik
dari dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya, pemimpin
redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah dilantunkan Ibnu
Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua penyakit yang berbeda, ia pun
akan mengobati yang lebih berbahaya.” (bms)
Ada
yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang
biasanya Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan
Presiden pada Juli mendatang.
Tokoh muda Salafi Yogyakarta, Ustadz
Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin untuk memilih pasangan
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya pasangan ini
yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya Allah, mudah2an kemenangan berpihak
pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh partai-partai Islam,” kata Abduh
Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin (19/5/2014).
Alumni S2 Jurusan Kimia di King Saud
University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta lebih kecil madhorotnya
dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti. Dengan tegas dia
mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para preman.
“Dibanding negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan partai preman bagi pengusung
Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan PDI P saat
kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami pernah dizalimi oleh partai
tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat kepulangan ke Gunungkidul dari
Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami mendapatkan masa partai
tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang beberapa kilometer,”
ungkapnya.
Bukan hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang ditumpanginya.
“Mereka sengaja memukul mobil kami di
saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan), padahal kami sudah
sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian atas mobil
dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski demikian, pemimpin Pondok
Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini meminta maaf dengan
penyebutan partai preman.
“Jadi maaf saja kami gelari partainya
dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun semua akui kebanyakan dari
kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis dan brutal. Kami
warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan PREMAN,”
tukasnya.
Alasan lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDIP terang-terangan anti Islam.
“Anti Islam (hampir semua RUU yang
berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi (menentang penutupan Dolly)
dan Pro miras (tolak perda larangan miras),” jelasnya.
Maka, pengisi tetap radio Muslim Yogyakarta ini menganjurkan untuk memilih pasangan Capres yang mudhorotnya lebih ringan.
“Pilihlah yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang berkuasa,” tegasnya.
Diapun menukil ucapan ulama besar
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu Taimiyah: Orang yang
cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan
tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari
dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya,
pemimpin redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah
dilantunkan Ibnu Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua
penyakit yang berbeda, ia pun akan mengobati yang lebih berbahaya.”
(bms)
- See more at:
http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2408-salafi-dukung-prabowo-ustadz-abduh-tuasikal-kami-tak-mau-negara-ini-dipimpin-preman#sthash.DdaU29gD.dpuf
Ada
yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang
biasanya Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan
Presiden pada Juli mendatang.
Tokoh muda Salafi Yogyakarta, Ustadz
Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin untuk memilih pasangan
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya pasangan ini
yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya Allah, mudah2an kemenangan berpihak
pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh partai-partai Islam,” kata Abduh
Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin (19/5/2014).
Alumni S2 Jurusan Kimia di King Saud
University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta lebih kecil madhorotnya
dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti. Dengan tegas dia
mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para preman.
“Dibanding negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan partai preman bagi pengusung
Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan PDI P saat
kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami pernah dizalimi oleh partai
tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat kepulangan ke Gunungkidul dari
Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami mendapatkan masa partai
tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang beberapa kilometer,”
ungkapnya.
Bukan hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang ditumpanginya.
“Mereka sengaja memukul mobil kami di
saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan), padahal kami sudah
sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian atas mobil
dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski demikian, pemimpin Pondok
Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini meminta maaf dengan
penyebutan partai preman.
“Jadi maaf saja kami gelari partainya
dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun semua akui kebanyakan dari
kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis dan brutal. Kami
warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan PREMAN,”
tukasnya.
Alasan lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDIP terang-terangan anti Islam.
“Anti Islam (hampir semua RUU yang
berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi (menentang penutupan Dolly)
dan Pro miras (tolak perda larangan miras),” jelasnya.
Maka, pengisi tetap radio Muslim Yogyakarta ini menganjurkan untuk memilih pasangan Capres yang mudhorotnya lebih ringan.
“Pilihlah yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang berkuasa,” tegasnya.
Diapun menukil ucapan ulama besar
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu Taimiyah: Orang yang
cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan
tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari
dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya,
pemimpin redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah
dilantunkan Ibnu Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua
penyakit yang berbeda, ia pun akan mengobati yang lebih berbahaya.”
(bms)
- See more at:
http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2408-salafi-dukung-prabowo-ustadz-abduh-tuasikal-kami-tak-mau-negara-ini-dipimpin-preman#sthash.DdaU29gD.dpuf
Ada
yang berbeda dengan suasana Pemilu tahun ini. Komunitas Salafi yang
biasanya Golput kini sebagian besar akan berpartisipasi dalam pemilihan
Presiden pada Juli mendatang.
Tokoh muda Salafi Yogyakarta, Ustadz
Muhammad Abduh Tuasikal mengajak kaum muslimin untuk memilih pasangan
Capres-Cawapres Prabowo-Hatta. Dia lakukan karena hanya pasangan ini
yang bisa memberikan harapan kepada umat Islam.
“Ya Allah, mudah2an kemenangan berpihak
pada Prabowo - Hatta yang disokong oleh partai-partai Islam,” kata Abduh
Tuasikal dalam laman Facebooknya, Senin (19/5/2014).
Alumni S2 Jurusan Kimia di King Saud
University ini menilai pasangan Prabowo-Hatta lebih kecil madhorotnya
dibanding pasangan Jokowi-JK jika jadi presiden nanti. Dengan tegas dia
mengungkapkan, negara ini tidak ingin dikuasai oleh para preman.
“Dibanding negara ini dikuasai partai preman,” ujarnya.
Penyebutan partai preman bagi pengusung
Jokowi-JK oleh Murid Syaikh Sholih Al Fauzan ini bukan tanpa alasan.
Pasalnya dia mengalami diperlakukan buruk oleh simpatisan PDI P saat
kampanye Pileg bulan lalu.
“Kami pernah dizalimi oleh partai
tersebut saat masa kampanye kemarin. Saat kepulangan ke Gunungkidul dari
Jogja, di tengah-tengah jalan di Bantul, kami mendapatkan masa partai
tersebut menghambat jalan, membuat macet sepanjang beberapa kilometer,”
ungkapnya.
Bukan hanya membuat macet, rombongan massa kampanye itu merusak mobil yang ditumpanginya.
“Mereka sengaja memukul mobil kami di
saat kami sudah berusaha berjalan rindik (pelan), padahal kami sudah
sengaja ngambil jalan di pinggir. Tetapi terkena juga bagian atas mobil
dengan pukulan bambu mereka,” terangnya.
Meski demikian, pemimpin Pondok
Pesantren Darus Sholihin Gunung Kidul Yogyakarta ini meminta maaf dengan
penyebutan partai preman.
“Jadi maaf saja kami gelari partainya
dengan partai PREMAN. Karena pendukungnya pun semua akui kebanyakan dari
kalangan Preman, pengacau dan perusuh yang anarkis dan brutal. Kami
warga muslim pun tidak mau negara ini dipimpin oleh kalangan PREMAN,”
tukasnya.
Alasan lain yang dilontarkan oleh bapak dua anak ini adalah karena PDIP terang-terangan anti Islam.
“Anti Islam (hampir semua RUU yang
berbau Islam mereka tolak), pro prostitusi (menentang penutupan Dolly)
dan Pro miras (tolak perda larangan miras),” jelasnya.
Maka, pengisi tetap radio Muslim Yogyakarta ini menganjurkan untuk memilih pasangan Capres yang mudhorotnya lebih ringan.
“Pilihlah yang mudhorotnya lebih ringan dibanding preman, nasionalis dan sekuleris yang berkuasa,” tegasnya.
Diapun menukil ucapan ulama besar
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah. “Kami ingat kata Ibnu Taimiyah: Orang yang
cerdas bukanlah orang yang tahu mana yang baik dari yang buruk. Akan
tetapi, orang yg cerdas adalah orang yang tahu mana yang terbaik dari
dua kebaikan dan mana yang lebih buruk dari dua keburukan.”
Sebagai penguat dari pendapatnya,
pemimpin redaksi web muslim.or.id ini menukil sya’ir yang pernah
dilantunkan Ibnu Taimiyah: “Orang yang cerdas ketika terkena dua
penyakit yang berbeda, ia pun akan mengobati yang lebih berbahaya.”
(bms)
- See more at:
http://gemaislam.com/berita/indonesia-news-menuitem/2408-salafi-dukung-prabowo-ustadz-abduh-tuasikal-kami-tak-mau-negara-ini-dipimpin-preman#sthash.DdaU29gD.dpuf
0 komentar:
Posting Komentar