TAK PERLU KAU TAHU SUSAHKU
By. Satria Hadi Lubis
Saya sempat memfoto stiker di belakang sebuah mobil bertuliskan "Tak perlu kau tahu susahku waktu di jalan. Cukup kau tahu senangku waktu di rumah."
Saya foto karena menurut saya itu quote yang menarik dan dalam maknanya. Mungkin pemilik mobil tersebut adalah seorang bapak pekerja keras yang bertanggung jawab terhadap keluarganya. Bersedia susah di jalan, bermacet ria untuk mencari nafkah.
Biarlah istri dan anak hanya tahu tentang bahagia dan ceria kita sebagai suami dan kepala keluarga. Tak perlu mereka tahu tentang susah dan duka kita mencari nafkah.
Curhat boleh-boleh saja, tapi tak perlu baper dan mewek minta dikasihani anak dan isteri. Apalagi sampai stres dan marah-marah kepada isteri dan anak sebagai pelampiasan karena kesal di jalan atau gagal menyelesaikan pekerjaan.
Lelaki sejati itu menyimpan dukanya sendiri. Jika pun menangis, air matanya menetes ke dalam dada. Cukuplah hanya dia dan Allah yang tahu betapa susahnya mencari nafkah. Betapa ia telah bekerja keras membanting tulang dengan cara halal untuk membahagiakan anak dan istrinya.
Cukuplah baginya pujian dan imbalan dari Allah dan Rasul-Nya sebagai motivasinya bekerja keras. Tanpa perlu pamrih dan "hitung-hitungan" kepada anak dan isterinya.
“Barangsiapa yang di waktu sore merasa capek (lelah) lantaran pekerjaan kedua tangannya (mencari nafkah) maka di saat itu diampuni dosa baginya.” (HR. Thabrani).
"Sesungguhnya Allah menyukai hamba yang bekerja dan terampil. Siapa yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya maka ia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah” (HR. Ahmad).
0 komentar:
Posting Komentar