RONEY
@masardani
Rabu 10 Januari 2018 adalah hari terakhir pendaftaran calon kepala daerah yang akan mengikuti pemilihan kepala daerah secara langsung di seluruh penjuru nusantara.
Lobi lobi antar partai politik terus digalang oleh antar pimpinan
partai, dengan strategi yang sudah diracik, sering kali berubah
mendekati tenggat waktu. Karena "lawan" yang akan dihadapi juga memakai
strategi baru.
Ibarat pelatih sepakbola tidak jarang harus rela pemain andalannya tidak diturunkan karena pihak lawan memakai strategi yang tidak seperti biasa.
Sebagai "penonton" pemilihan kepala daerah secara langsung dari jauh, saya pribadi menyayangkan kondisi daerah asal saya Kabupaten Karanganyar.
Dari informasi yang layak dipercaya, tahun ini hanya akan ada satu pasangan calon bupati dan wakil bupati. Yaitu Ju-Ro meski sama dengan singkatan Bupati Wakil Bupati saat ini Juliatmono-Rohadi.Namun saat ini Ju-Ro singkatan dari Juliatmono-Rober.
Jika sebelumnya Juliatmono berpasangan dengan Rohadi Widodo kader PKS, menjadi 'pelayan' warga Karanganyar. Maka kali ini Juliatmono "memilih" kader PDIP Rober Christanto, seorang pengusaha muda Karanganyar untuk menemani Juliatmono memimpin kembali.
Entah alasan apa yang menjadikan pasangan Ju-Ro (lama) harus bercerai.
Memilih atau "dipilihkan" itu sebuah keputusan politik yang sudah diketok.
Jika mengamati perkembangan tanah kelahiran, saya cukup bangga atas pencapaian prestasi Ju-Ro selama ini. Pembangunan fisik nyata terlihat. Sarana prasarana juga menjanjikan, pariwisata mulai menjadi andalan dan destinasi baru di Jawa Tengah.
Semoga hingga akhir masa jabatan kelak tidak tersangkut kasus hukum sekecil apapun.Amin.
Pasangan "soleh" ini bisa membuktikan kepada publik bahwa sikap politik jika berdasar dengan 'agama' secara benar akan memberi dampak positif di semua elemen masyarakat.
Juliatmono adalah aktivis Muhamadiyah sedang Rohadi adalah kader andalan milik PKS. Latar belakang mereka berdua yang terbiasa dengan "agama" memberi bukti diatas.
Rohadi Widodo wakil bupati Karanganyar dalam status sosial nya kemarin menulis " Kami beserta segenap team telah melakukan ikhtiar. Namun demikian, disebabkan mepetnya waktu yang tersedia, kami sulit mendapatkan pasangan. Kami tidak bisa mengikuti kontestasi Pemilukada Karanganyar 2018 ini."
Membaca status tersebut, Pak Rohadi Widodo sebagai manusia "terlihat" kecewa namun jiwa besar jelas terlihat, bahwa sebagai umat beragama maka berusaha semaksimal mungkin adalah wajib hukumnya. Soal hasil maka Sang Kholiq yang menentukan.
Rohadi telah memperlihatkan kematangan dalam bersikap, tidak lantas merengek bahkan (maaf) melacurkan dirinya untuk tetap bisa berpasangan dengan Juliatmono, untuk kembali memimpin Karanganyar. Meski peluang untuk itu sangat mungkin.
Bertepuk sebelah tangan itu pedih.
Pak Rohadi memberi pelajaran besar kepada kader PKS di Karanganyar pada khusus nya dan warga Karanganyar pada umumnya, bahwa diperlukan kebersihan hati dan niat untuk menjadi seorang pemimpin. Yang perlu diingat bahwa niat lurus itu sejak awal hingga akhir, tidak boleh belok sedikit pun.
Pak Rohadi bisa saja dikatakan "kalah" oleh mata kasat manusia. Namun sebaliknya mempunyai kemenangan hakiki sebagai seorang muslim. Karena tidak mengejar sebuah jabatan semata dalam karirnya.
Sebagian besar manusia menganggap bahwa "kemenangan" itu adalah meraih penghargaan hebat atau kesuksesan menduduki jabatan tinggi.
Inilah adalah salah satu dampak dari transfer ideologi yang saat ini banyak sekali mempengaruhi cara berpikir umat muslim di berbagai belahan dunia. Mengedepankan materialisme.
Dalam pandangan Islam " kemenangan sejati " adalah kemenangan dari segala bentuk dosa dan kesusahan di dunia ini serta kemenangan dari pedihnya siksaan api neraka, sebagaimana firman Allah:
“Maka barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh dia telah beruntung.” (QS. Ali Imran: 185)
Kalimat al-fauzul ‘adzhim yang banyak di temukan dalam Al-Quran yang bermakna keberuntungan atau sukses besar disebutkan oleh Allah setelah penyebutan tentang orang-orang yang masuk Surga dan terhindar dari Neraka.
Pak Rohadi, saya pribadi sebagai warga asli Karanganyar yang sudah hijrah menjadi kaum urban, tetap cinta Karanganyar salut dan kagum dengan sikap Bapak. Doa kami semoga Bapak senantiasa dalam keberkahan Allah.
Dan jika suatu saat Bapak tidak punya pasangan untuk maju dalam Pilkada Karanganyar bagaimana kalau kita berpasangan dengan singkatan Ro-Ni (Rohadi-Ardani), namun dalam kampanye ditulis RONEY supaya kekinian untuk menjaring para pemilih anak anak jaman now.
Bukankah mereka lumbung suara juga, meski follower sosmed saya belum sebanyak Bapak, namun yakinlah bahwa Enggament Rate saya dengan follower saya cukup tinggi, dengan bukti gak ada akun pemutih, pembesar,pelangsing di akun sosmed saya.
Sekali lagi Pak Rohadi, selamat menyelesaikan sisa masa tugas sebagai wakil bupati Karanganyar, semoga sehat dan sukses selalu.
Wassalam
Masjid Al Fatah
Ambon 11/1/2018
Ibarat pelatih sepakbola tidak jarang harus rela pemain andalannya tidak diturunkan karena pihak lawan memakai strategi yang tidak seperti biasa.
Sebagai "penonton" pemilihan kepala daerah secara langsung dari jauh, saya pribadi menyayangkan kondisi daerah asal saya Kabupaten Karanganyar.
Dari informasi yang layak dipercaya, tahun ini hanya akan ada satu pasangan calon bupati dan wakil bupati. Yaitu Ju-Ro meski sama dengan singkatan Bupati Wakil Bupati saat ini Juliatmono-Rohadi.Namun saat ini Ju-Ro singkatan dari Juliatmono-Rober.
Jika sebelumnya Juliatmono berpasangan dengan Rohadi Widodo kader PKS, menjadi 'pelayan' warga Karanganyar. Maka kali ini Juliatmono "memilih" kader PDIP Rober Christanto, seorang pengusaha muda Karanganyar untuk menemani Juliatmono memimpin kembali.
Entah alasan apa yang menjadikan pasangan Ju-Ro (lama) harus bercerai.
Memilih atau "dipilihkan" itu sebuah keputusan politik yang sudah diketok.
Jika mengamati perkembangan tanah kelahiran, saya cukup bangga atas pencapaian prestasi Ju-Ro selama ini. Pembangunan fisik nyata terlihat. Sarana prasarana juga menjanjikan, pariwisata mulai menjadi andalan dan destinasi baru di Jawa Tengah.
Semoga hingga akhir masa jabatan kelak tidak tersangkut kasus hukum sekecil apapun.Amin.
Pasangan "soleh" ini bisa membuktikan kepada publik bahwa sikap politik jika berdasar dengan 'agama' secara benar akan memberi dampak positif di semua elemen masyarakat.
Juliatmono adalah aktivis Muhamadiyah sedang Rohadi adalah kader andalan milik PKS. Latar belakang mereka berdua yang terbiasa dengan "agama" memberi bukti diatas.
Rohadi Widodo wakil bupati Karanganyar dalam status sosial nya kemarin menulis " Kami beserta segenap team telah melakukan ikhtiar. Namun demikian, disebabkan mepetnya waktu yang tersedia, kami sulit mendapatkan pasangan. Kami tidak bisa mengikuti kontestasi Pemilukada Karanganyar 2018 ini."
Membaca status tersebut, Pak Rohadi Widodo sebagai manusia "terlihat" kecewa namun jiwa besar jelas terlihat, bahwa sebagai umat beragama maka berusaha semaksimal mungkin adalah wajib hukumnya. Soal hasil maka Sang Kholiq yang menentukan.
Rohadi telah memperlihatkan kematangan dalam bersikap, tidak lantas merengek bahkan (maaf) melacurkan dirinya untuk tetap bisa berpasangan dengan Juliatmono, untuk kembali memimpin Karanganyar. Meski peluang untuk itu sangat mungkin.
Bertepuk sebelah tangan itu pedih.
Pak Rohadi memberi pelajaran besar kepada kader PKS di Karanganyar pada khusus nya dan warga Karanganyar pada umumnya, bahwa diperlukan kebersihan hati dan niat untuk menjadi seorang pemimpin. Yang perlu diingat bahwa niat lurus itu sejak awal hingga akhir, tidak boleh belok sedikit pun.
Pak Rohadi bisa saja dikatakan "kalah" oleh mata kasat manusia. Namun sebaliknya mempunyai kemenangan hakiki sebagai seorang muslim. Karena tidak mengejar sebuah jabatan semata dalam karirnya.
Sebagian besar manusia menganggap bahwa "kemenangan" itu adalah meraih penghargaan hebat atau kesuksesan menduduki jabatan tinggi.
Inilah adalah salah satu dampak dari transfer ideologi yang saat ini banyak sekali mempengaruhi cara berpikir umat muslim di berbagai belahan dunia. Mengedepankan materialisme.
Dalam pandangan Islam " kemenangan sejati " adalah kemenangan dari segala bentuk dosa dan kesusahan di dunia ini serta kemenangan dari pedihnya siksaan api neraka, sebagaimana firman Allah:
“Maka barang siapa dijauhkan dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga maka sungguh dia telah beruntung.” (QS. Ali Imran: 185)
Kalimat al-fauzul ‘adzhim yang banyak di temukan dalam Al-Quran yang bermakna keberuntungan atau sukses besar disebutkan oleh Allah setelah penyebutan tentang orang-orang yang masuk Surga dan terhindar dari Neraka.
Pak Rohadi, saya pribadi sebagai warga asli Karanganyar yang sudah hijrah menjadi kaum urban, tetap cinta Karanganyar salut dan kagum dengan sikap Bapak. Doa kami semoga Bapak senantiasa dalam keberkahan Allah.
Dan jika suatu saat Bapak tidak punya pasangan untuk maju dalam Pilkada Karanganyar bagaimana kalau kita berpasangan dengan singkatan Ro-Ni (Rohadi-Ardani), namun dalam kampanye ditulis RONEY supaya kekinian untuk menjaring para pemilih anak anak jaman now.
Bukankah mereka lumbung suara juga, meski follower sosmed saya belum sebanyak Bapak, namun yakinlah bahwa Enggament Rate saya dengan follower saya cukup tinggi, dengan bukti gak ada akun pemutih, pembesar,pelangsing di akun sosmed saya.
Sekali lagi Pak Rohadi, selamat menyelesaikan sisa masa tugas sebagai wakil bupati Karanganyar, semoga sehat dan sukses selalu.
Wassalam
Masjid Al Fatah
Ambon 11/1/2018
0 komentar:
Posting Komentar