Datangnya bulan Ramadhan kerap menghadirkan kesyahduan tersendiri
bagi setiap kalbu yang merindunya. Momen-momen penting yang terjadi di
bulan Ramadhan rasanya dapat menginspirasi siapa saja yang hendak
melakukan rihlah (wisata) ruhaniyah. Mekkah yang berhasil ditaklukan
oleh kaum Muslimin, kemenangan tentara Islam melawan tentara kafir
Quraisy, kehadiran Lailatul Qadar yang memiliki keutamaan lebih dari
seribu bulan, adalah beberapa diantaranya. Adapun momen terpenting di
bulan Ramadhan adalah diwajibkannya puasa dan turunnya Al Quran
bersamaan dengan diangkatnya Muhammad bin Abdullah sebagai Rasulullah.
Oleh karena itu, amal di bulan Ramadhan sejatinya terfokus pada dua hal
tersebut. Sedangkan, amalan lainnya merupakan suatu jalan untuk
mengejawantahkan nilai-nilai yang terkandung dalam Al Quran.
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu dengan penuh berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya orang-orang yang mempunyai pikiran mendapat pelajaran.” (QS. Ash-Shad : 29)
Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya, selain mendatangkan pahala yang berlipat ganda apabila dilakukan secara ikhlas, tilawah Al Quran pada saat berpuasa ternyata dapat pula mengurangi bau mulut (halitosis/fetor ex ore). Pada saat berpuasa, selain karena adanya faktor lokal dalam rongga mulut berupa kebersihan mulut yang kurang baik dan faktor luar rongga mulut berupa penyakit kencing manis (diabetes mellitus), infeksi paru-paru, serta infeksi lambung atau usus, tidak aktifnya pengunyahan adalah penyebab utama terjadinya bau mulut. Tidak aktifnya pengunyahan ini kemudian akan memiliki implikasi berupa pengurangan produksi air liur oleh kelenjar liur sehingga keadaan rongga mulut pun menjadi kering. Pada saat yang bersamaan, zat yang disebut volatile sulfur compound (VSCs) akan meningkat sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. VSCs adalah zat yang mengandung hidrogen sulfid, metil mercaptan, dan dimetil disulfid yang merupakan produk bakteri atau flora normal rongga mulut. Dengan meningkatnya kadar VSCs ini, maka aktivitas bakteri anaerob dalam mulut pun akan turut meningkat. Aktivitas bakteri anaerob inilah yang lantas menyebabkan bau VSCs tercium oleh indera penciuman.
Dari paparan sebelumnya dapat dideduksi bahwa air liur atau saliva memegang peranan penting terhadap terjadinya bau mulut. Kondisi yang disepakati sebagai penyebab terjadinya bau mulut adalah berkurangnya air liur di dalam rongga mulut. Jika air liur dalam rongga mulut berkurang, secara otomatis proses pembersihan dalam mulut pun akan berkurang. Dengan demikian, plak pada permukaan gigi pun akan terus berakumulasi dan bakteri yang terdapat di dalamnya dapat menyebabkan bau mulut yang tidak sedap.
Berkurangnya air liur ini dalam rongga mulut dapat memiliki dua makna, yaitu; produksi air liur oleh kelenjar liur memang berkurang sehingga aliran air liur ke dalam rongga mulut menjadi berkurang atau dapat juga terjadi kondisi di mana produksi air liur oleh kelenjar liur tetap normal, tetapi aliran air liur ke dalam rongga mulut berkurang. Kondisi berkurangnya produksi air liur oleh kelenjar liur sehingga menyebabkan berkurangnya aliran air liur ke dalam rongga mulut biasanya disebabkan oleh faktor penyakit (aplasia, sialolitiasis, dll), terapi radiasi pada leher dan kepala, dan usia lanjut. Sedangkan kondisi berkurangnya aliran air liur ke dalam rongga mulut dapat disebabkan oleh penggunaan obat-obatan tertentu (atropin, belladona, efidrin), pemakaian gigi tiruan lepasan, merokok, dan puasa.
Kondisi berkurangnya produksi air liur oleh kelenjar liur biasanya membutuhkan penatalaksanaan yang lebih kompleks. Sementara itu, kondisi berkurangnya aliran air liur ke dalam rongga mulut dapat diatasi dengan cara menginisiasi peningkatan alirannya. Cara yang paling sering digunakan untuk menginisiasi peningkatan aliran air liur ke dalam rongga mulut adalah dengan banyak mengkonsumsi air putih ataupun mengunyah permen karet. Namun, bagi orang yang sedang berpuasa dua cara tersebut tentunya tidak dapat dilakukan karena dapat membatalkan puasa.
Adapun tilawah Al Quran sejatinya dapat menjadi satu alternatif yang dapat menginisiasi peningkatan aliran air liur ke dalam rongga mulut. Tilawah Al Quran secara tartil (mentajwidkan huruf dan mengenal waqaf) pada saat berpuasa dapat berperan sebagai suatu substituen dari proses pengunyahan yang akan mengaktifkan otot-otot lidah, bibir, dan pipi. Dengan aktifnya otot-otot tersebut maka kelenjar liur yang terdapat di bawah lidah, dekat telinga, dan di ujung rahang bawah, juga akan lebih aktif untuk mengalirkan air liur ke dalam rongga mulut. Bila aliran air liur ke dalam rongga mulut telah meningkat, maka proses pembersihan secara mekanis juga akan terjadi. Terlepas dari keterikatan faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan bau mulut dan dengan tetap memperhatikan kebersihan gigi dan mulut, hal inilah yang kemudian dapat mengurangi bau mulut pada saat berpuasa.
Biar bagaimanapun juga, berkurangnya bau mulut hanyalah salah satu dari sekian banyak manfaat dari memperbanyak tilawah Al Quran di bulan Ramadhan. Sejatinya, Ramadhan harus dapat menjadi momen untuk meningkatkan interaksi dengan Al Quran sebagai langkah untuk meraih keridhoan Allah dan mendapatkan kebarokahan dalam hidup sebagaimana firmanNya, “Sesungguhnya telah datang kepadamu cahaya dari Allah dan kitab yang menerangkan. Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus.” (QS. Al Ma’idah: 15-16).
Jadi, mari kita hempas jauh-jauh segala kemalasan dan jangan ragu lagi untuk memperbanyak tilawah Al Quran di bulan Ramadhan.
Wallahu’alam bishshawab.
0 komentar:
Posting Komentar