PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

Film Innocence of Muslims yang berisi penghinaan terhadap Nabi memicu kerusuhan di sejumlah negara. Setelah memancing kemarahan warga Mesir pada Selasa (11/9) lalu, film yang diproduksi di Amerika Serikat (AS) itu berbuntut amuk massa di Benghazi, menewaskan duta besar AS Christopher Stevens dan tiga orang stafnya.
Film yang disutradari oleh Sam Bacile, seorang Israel yang tinggal di California, itu melecehkan Nabi Muhammad shallalaahu 'alaihi wasallam. Dalam film yang berdurasi dua jam itu, Nabi Muhammad digambarkan sebagai penipu.

Dalam film yang dibintangi aktor dan aktris amatir itu, Nabi Muhammad dideskripsikan sebagai seorang pria hidung belang yang lemah serta menyetujui adanya pelecehan seksual terhadap anak.

Penggambaran Nabi seperti itulah yang memicu kontroversi dan kemarahan Muslim di sejumlah negara, antara lain Mesir, Afghanistan dan Libya.

Konon, film yang melibatkan 59 aktor dan 45 orang kru itu dibuat saat musim panas 2011 lalu. Entah apa tujuan AS, sejumlah media mengabarkan film itu diputar di kedutaan-kedutaan AS berdekatan dengan peringatan insiden 11 September, di mana menara kembar WTC hancur ditabrak pesawat bajakan dan menewaskan hampir 3.000 orang.

Cuplikan film Innocence of Muslims itu telah diunggah di Youtube, sebagiannya disertai dengan subtitle dalam bahasa Arab.

Mereaksi penyebaran film Innocence of Muslims dan untuk mencegah eskalasi kemarahan meluas, pemerintah Afghanistan memutuskan untuk memblokir Youtube di negara itu.

Pemain Film Penghina Islam Mengaku Diperdaya

Kru dan para pemain dalam film “Innocence of Muslim” yang berisi penghinaan terhadap Islam dan Nabi Muhammad mengaku diperdaya oleh produser film tersebut, Sam Bacile. Mereka telah dibohongi oleh Bacile yang tiba-tiba mengubah judul dan naskah di tengah-tengah proses syuting.
Kepada CNN, Rabu 13 September 2012, sebanyak 80 kru dan pemain yang terlibat dalam film tersebut mengaku terkejut akan dampak yang mereka timbulkan. Tercatat, tiga orang tewas, salah satunya adalah Duta Besar Amerika untuk Libya Chris Stevens yang diroket orang tidak dikenal.
“Seluruh kru dan pemain sangat sedih dan merasa dimanfaatkan oleh produser. Kami 100 persen tidak berada di balik film ini dan telah diperdaya. Kami kaget dengan penulisan ulang naskah dan kebohongan yang mereka katakan kepada kami. Kami sedih atas tragedi yang disebabkannya,” tulis pernyataan bersama para kru.
Salah seorang pemain yang menolak disebutkan namanya mengatakan bahwa mereka pertama kali di-casting pada Juli 2011. Produser kala itu mengaku akan menggarap film berjudul “Desert Warrior”, sebuah film sejarah Arab di gurun.
Dia mengatakan, pada naskah awal tidak ada karakter Nabi Muhammad. Naskahnya diubah oleh produser, menuai protes dari para pemain. Kepada para kru, Bacile yang kini bersembunyi mengatakan bahwa perubahan naskah dibuat agar para Muslim berhenti membunuh.
Karakter Nabi Muhammad pada naskah awal tertulis bernama George. Pemain juga menyebutkan nama “George” bukan “Muhammad” saat syuting. Namun usai syuting, mereka diminta mengambil suara, mengucapkan kata “Muhammad” yang ternyata digunakan dalam film.
Staf produksi yang mengaku memiliki naskah asli juga menegaskan bahwa film tersebut awalnya tidak ada hubungannya dengan Muhammad dan Islam.
“Saya tidak akan pernah terlibat dalam film yang mengakibatkan seseorang terluka. Saya mual saat menyadari bahwa saya terlibat dalam film yang menyebabkan seseorang tewas,” kata seorang aktris.
Trailer film tersebut diunggah di laman Youtube dan langsung menuai kecaman. di Mesir dan Libya ribuan massa menyerang Kedutaan Besar Amerika Serikat. Duta Besar AS untuk Libya tewas diroket bersama dengan dua orang stafnya. AS langsung menurunkan marinir ke Benghazi untuk membantu mengamankan situasi dan mencari pelaku pembunuhan tersebut.

 


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

Arsip Tulisan

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).