Saatnya PKS Menyadari Kesalahan
By: Nandang Burhanudin
****
Bergerak lalu terjatuh. Itu hal lumrah. Berjuang lalu terbuang. Itu hal manusiawi. Tentu yang terpenting adalah saat terjatuh, mampu bangkit lagi. Saat tersesat, tahu jalan pulang. Jangan sampai sudah terjatuh, ketiban tangga. Apalagi ketiban reruntuhan atau terbawa air banjir yang mengalir sampai jauh.
Ikhwanul Muslimin di Mesir saja melakukan evaluasi terhadap langkah-langkah yang nampak tidak tepat. Di antara yang dievaluasi adalah;
1. Sikap terlalu husnuzhonn terhadap militer.
Mursi dan Ikhwan di awal-awal terpilih hingga dikudeta, banyak mengalah dan berharap militer memiliki nasionalisme dan cinta terhadap Islam. Namun ternyata, prasangka baik itu meleset. Militer Mesir sudah lama diciptakan Mubarak untuk menjadi monster menakutkan bagi rakyatnya. Namun menjadi "anak manis" bagi Israel. Musuh abadi yang sejak lama merindukan Mesir dalam keadaan terpuruk.
Di poin ini, PKS jangan terkecoh dengan paham-paham antinasionalisme. Apalagi paham-paham yang mengajarkan tindak anarkisme dalam berpolitik. Pengemasan syariat yang maslahat dan aplikatif di lapangan, harus menjadi fokus perjuangan. Bersinergi dengan militer dan menjadi "sahabat" positif, adalah bagian terpenting dalam perjuangan via demokrasi. Sekelas Mursi dan Ikhwan saja, saat ujug-ujug berkuasa, maka ujungnya disingkirkan!
2. Sikap terlalu husnuzhonn terhadap kejaksaan, polisi, kehakiman.
Mesir adalah cerminan bagaimana polisi-jaksa-hakim yang supernakal. Semua terdakwa korupsi, pencucian uang, bahkan kriminal, dan kejahatan kemanusiaan bebas. Keputusan Presiden Mursi untuk memberlakukan pajak kepada taipan Koptik saja, saat ini dianulir. Padahal sang taipan telah sering kali menggelapkan pajak dan menyelundupkan ekspor-impor, tentu atas sepengetahuan aparat.
Ada baiknya PKS melebarkan sayap pengkaderan ke institusi hukum. Penyadaran aparat hukum tentang misi-visi clean government and good governance, harus diutamakan daripada hanya sekedar menjadi pengangguaran di kantor-kantor dan institusi negara.
3. Sikap terlalu husnuzhann kepada mafia-mafia proyek dan calo-calo pengusaha.
Menjadi penguasa, mau tidak mau menguasai harta karun Indonesia. Bayangkan pendapatan dari Pajak, SDA, bantuan LN, hingga pinjaman. Siapapun akan mudah tergiur untuk mendekati. Maka kasus AF atau bandar judi Tommy Winata adalah kasus nyata betapa sikap husnuzhonn itu menjadi tidak tepat. Kolaborasi Jaksa-Hakim-Polisi menghukumi LHI atas tuduhan; "Dugaan Suap", menjadi alarm betapa kejahatan itu bersatu padu.
4. Sikap terlalu yakin dengan usaha manusiawi, namun lemah dari segi dukungan Ilahi.
Kritikan tajam terhadap PKS selama ini berkisar pada teknis di lapangan. Misal saat kampanye, menghadirkan artis-artis yang kurang "ramah" dari segi moralitas. Atau saat senam Nusantara, dimana para akhwat berada di ruang terbuka. Kritik seputar perilaku beberapa anggota DPRD PKS yang "ikut-ikutan" bermain di anggaran. Kritik-kritik lain yang pada dasarnya mengingatkan. Kesalahan-kesalahan di atas sangat tidak patut jika dianggap lumrah dan biasa-biasa saja. Namun salah juga jika dianggap musibah. Maka memperbaiki sejak dini adalah hal yang akan membesarkan PKS.
0 komentar:
Posting Komentar