Dalam buku Zealous Democrats: Islamism and Democracy in Egyph, Indonesia and Turkey,
Greg Frealy dkk mengkaji Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai
Keadilan dan Pembangunan (AKP), dan Ikhwanul Muslimin (IM). Jika
kemudian buku ini diterjemahkan menjadi berjudul PKS dan Kembarannya,
maka yang dimaksud kembaran dalam judul itu adalah AKP dan IM dengan
FJP-nya. (Sayangnya buku ini tidak membahas kemenangan HAMAS di Palestina).
Baik AKP maupun FJP, keduanya telah berhasil memenangkan pemilu. AKP
adalah partai yang kini berkuasa di Turki. Partai yang didirikan oleh
Erdogan itu memenangkan pemilu tiga kali berturut-turut sejak 2002. Yang
luar biasa, suara AKP terus naik dari 34,28% pada pemilu 2002, menjadi
46,66% pada pemilu 2007, lalu 49,83% pada pemilu 2011. Pada pemilu 2011
itu AKP meraih 21.399.082 suara, sehingga berhasil mendapatkan 327 kursi
(59,5%) parlemen. Kemenangan mayoritas di parlemen tersebut membuat AKP
kembali mendudukan Erdogan sebagai perdana Menteri Turki. Maka jadilah
AKP sebagai pemegang kekuasaan baik di legislatif maupun eksekutif.
Selain itu, presiden Turki juga berasal dari kader AKP, yaitu Abdullah
Ghul.
Di Mesir, awal tahun 2012 ini IM memenangkan lebih dari 45 persen dari
498 kursi parlemen yang tersedia. Selain memenangkan pemilu parlemen,
Ikhwan juga berhasil membawa kadernya, Muhammad Mursi, memenangkan
pemilu presiden yang hasil resminya baru diumumkan KPU, Ahad (24/6)
kemarin.
Meskipun kemudian Mahkamah Konstitusi (MK) Mesir memutuskan hasil pemilu
parlemen tidak sah akibat UU Pemilu Parlemen inkonstitusional, IM telah
menorehkan sejarah sebagai pemenang pemilu parlemen sekaligus pemilu
presiden dalam pemilu paling demokratis sepanjang sejarah Mesir. Putusan
pembubaran parlemen itu sendiri sampai saat ini tetap menjadi
kontoversi dan diprotes massa.
Jika AKP dan FJP langsung memenangkan pemilu pertama yang diikutinya,
tidak demikian dengan PKS di Indonesia. Pada pemilu pertama yang
diikutinya pada tahun 1999, masih menggunakan nama Partai Keadilan (PK),
ia mendapatkan 1,35% suara (7 kursi di DPR RI). Pemilu 2004 PKS
mengantongi 7,34% (45 kursi) dan pada Pemilu 2009 meraih 7,88% suara (57
kursi).
Mungkin ada yang beralasan, AKP dan FJP telah lama membangung basis
massa. AKP "meneruskan" perjuangan RP (Refah Partisi) dan FP (Fezilet
Partisi). Sedangkan FJP telah beberapa dekade menanam saham melalui IM.
Sebenarnya, PKS juga telah mulai menanam saham itu sejak dekade 80-an.
Diungkapkan berbagai penelitian, PKS membangun basis kadernya di
kampus-kampus pada dekade itu. PKS juga kemudian memberikan pelayanan
kepada masyarakat melalui kader dan lembaga-lembaga sosialnya. Bedanya,
saham PKS belum terlalu besar dibandingkan dengan saham AKP dan FJP
(IM). Kemanfaatan yang dirasakan masyarakat Indonesia dari PKS belum
sebesar kemanfaatan AKP di Turki dan IM di Mesir. Inilah yang barangkali
perlu ditunjukkan oleh kader, aleg dan kepala daerah dari PKS agar
masyarakat juga menaruh kepercayaan kepada PKS; bahwa PKS bisa
menyejahterakan dan mengakomodir aspirasi mereka sebagaimana rakyat
Mesir telah percaya IM dan rakyat Turki percaya kepada AKP.
PKS, AKP dan FJP; ketiga partai itu memang memiliki persamaan, ketiganya
menyertakan "keadilan" dalam nama partai. Mereka juga memiliki sejumlah
persamaan lainnya, diantaranya adalah basis massa Islami, terdidik, dan
kelas menengah. Ketiganya juga mengusung dakwah Islam. Meskipun AKP
tidak menegaskan diri sebagai partai Islam seperti PKS dan FJP, langkah
dan kebijakan-kebijakan AKP secara smart tampak nyata mendukung islamisasi di dalam negeri dan peduli Islam di tingkat internasional, khususnya Palestina.
Maka kembali pada pertanyaan dalam judul tulisan ini, menjadi tantangan
tersendiri bagi PKS untuk memberikan jawabannya. Pilkada DKI bulan depan
dan pilkada Jawa Barat tahun depan barangkali akan menjadi momen
pengungkit kemenangan pemilu 2014. Namun akankah PKS menang pemilu 2014,
atau baru akan menang pada 2019, atau bahkan lebih lama lagi? Wallaahu
a'lam. Bagaimana pendapat Anda? [jundijustice]
Diposting oleh
Agus eSWe
0 komentar:
Posting Komentar