Awal Ramadhan: Mursi Melangkah ke Kampung Halaman
Liputan Adi Sucipto*
WNI tinggal di Mesir
Mengetahui presiden akan datang dan menunaikan solat jum’at di masjid kebanggaan orang-orang zagazig, maka tak heran pagi jum’at mulai pukul 9 hingga tiba waktu solat jum’at , masyarakat ramai berbondong-bondong menuju masjid megah ini untuk menunaikan solat jum’at sekaligus ingin melihat secara langsung sosok presiden yang lahir di desa Al Idwah, Zagazig.
Saat akan memasuki masjid, seluruh masyarakat wajib antri dan semuanya diperiksa satu persatu oleh polisi tak terkecuali saya pada waktu itu yang juga ikut antri. Ketika masuk masjid, saya melangkah ke depan mengambil shaf paling awal, kemudian melaksanakan solat sunat tahiyatul masjid. Jam sudah menunjukan pukul 11 siang, para jam’ah solat jum’at pun kian banyak, mereka rela berdesak-desakan untuk menunggu kedatangan sang presiden yang sebentar lagi akan memasuki masjid, sambil menunggu sebagian jama’ah banyak yang membaca qur’an dan berdzikir.
Terlihat di depan pintu masuk, syaikh Ali Jum’ah sang mufti Mesir telah tiba didampingi beberapa ulama al Azhar lainnya. Banyak ucapan yang dilontarkan oleh jama’ah masjid saat menunggu kedatangan presiden, ada yang menyerukan takbir dan tahmid, dan ada pula yang bershalawat. Tak lama kemudian DR.Muhammad Mursi tiba dan memasuki masjid, tampak juga ketua Majelis Syura (MPR) Prof.Dr.Ahmad fathi yang juga berasal dari Zagazig, para jama’ah pun berdiri ingin melihat langsung sosok pemimpin mereka yang baru, para paswalpres pun berdiri, membuat pagar mengamankan situasi.
Melihat suasana seperti ini, badan saya pun bergetar dan hati saya berkata: “Ya Allah, alangkah indahnya suasana seperti ini, masyarakat Mesir sekarang sudah merasakan begitu dekatnya pemimpin dengan rakyatnya, segala puji hanya bagi Engkau”.
Saat Khatib jum’at berkhutbah, ia berpesan kepada seluruh jama’ah: “hendaklah kita semua berbuat adil kepada siapa saja, pemimpin harus berbuat adil kepada rakyatnya, karena adil itu dekat dengan taqwa”.
Seusai shalat, DR.Mursi langsung berdiri, menyalami rekan-rekannya dan juga kepada para ulama-ulama. Ada yang menarik setelah itu, ketika panwalpres mempersilahkan Musri untuk segera meninggalkan ruang masjid, Mursi menolak dan ia minta diberikan mix, dan ia pun langsung berbicara sambil mendekati jama’ah: “segala puji bagi Allah, kita dipertemukan Allah pada bulan Ramadhan kali ini dan saya berpesan kepada semuanya; banyak-banyaklah membaca al Qar’an dan amalkan isi al Qur’an”. Mendengar penyampaian itu semua jama’ah bertakbir .. “Allahu Akbar”, gemuruh suara pun menggema di dalam hingga ke luar masjid. Mursi keluar masjid dan langsung menuju mobil keprisidenan.
Saya melihat masyarakat, tampak rasa bahagia di wajah-wajah mereka , semua bergembira, senang, penuh suka cita, seakan – akan mereka tidak ingin berpisah dari sang presiden dan ini merupakan sesuatu yang baru bagi mereka. Sungguh amat sangat jauh berbeda yang pernah saya rasakan dan alami sekitar 5 tahun yang lalu, di saat Hosni Mubarak berkunjung ke Zagazig. Kebetulan waktu itu saya tinggal di apartemen lantai 7 samping stadiun. Sehari sebelum presiden Mubarak tiba, polisi sudah berjaga – jaga, mereka berdiri di atas apartemen dengan persenjataan yang lengkap. Pada saat Mubarak akan tiba di lapangan stadiun dengan kendaraan helikopter, seluruh jendela rumah kami ditutup dan tidak boleh melihat apalagi membuka pintu dan jendela. Dan pernah kejadian juga sebelumnya saat kampanye pilpres Mesir di stadiun Zagazig, teman-teman saya yang tinggal di apartemen tingkat 7 tadi diungsikan sementara (5 hari) ke rumah teman Indonesia yang lainnya demi keselamatan sang diktator Mubarak yang ingin kembali mencalonkan Presiden mesir.
Selanjutnya, Mursi kembali melanjutkan perjalanan, melangkah menuju desa Al Idwah - Sharqeya, menziarahi keluarga dan buka puasa bersama.
0 komentar:
Posting Komentar