Pemerintah Tunisia telah memberikan persetujuannya untuk kelompok
Islam Hizbut Tahrir setelah mereka mengajukan diri untuk dijadikan resmi
sebagai partai politik di Tunisia. Dengan ini kelompok Islam Hizbut
Tahrir telah resmi ikut pemilihan umum di Tunisia pada tahun berikutnya.
Hizbut Tahrir merupakan gerakan politik internasional yang berusaha
untuk mendirikan kembali Khilafah Islamiyah. Hizbut Tahrir tidak
mendukung Demokrasi dengan menyatakan keharamannya, tetapi baru-baru ini
Hizbut Tahrir Tunisia malah mengajukan diri dalam mendaftar sebagai
partai politik.
Beberapa kali pengajuan sebagai partai politik di
Tunisia ditolak oleh pemerintahan. Tetapi sejak dikuasai oleh Partai Islam En-Nahda, Hizbut Tahrir Tunisia dengan mudah mendaftarkan diri menjadi partai politik.
Kelompok Hizbut Tahrir ini dilarang dibeberapa negara, dan di Tunisia
sebelum era revolusi menggulingkann Zine ElAbidine Ben Ali kelompok ini
masuk dalam kelompok Islam yang ditekan, termasuk juga gerakan Salafy
dan Ikhwanul Muslimin. Hingga akhirnya Partai Islam En-Nahda yang
berhaluan moderat mampu memenangkan pemilu, seluruh kelompok gerakan
Islam di Tunisia dengan bebas melakukan aktivitas mereka termasuk juga
Hizbut Tahrir.
Beberapa elit partai sekuler dan liberal memprotes Partai Islam
En-Nahda yang dinilai terlalu lunak dan sering berkompromi dengan
beberapa gerakan Islam garis keras.
Pada bulan Mei juga, pemerintah telah memberikan persetujuan kepada
sebuah partai politik gerakan Salafi, Islah Front. Dan lagi-lagi pihak
sekuler dan liberal saat itu mengecam keras partai En-Nahda atas
keputusan persetujuan tersebut.
Ridha Belhadj, pemimpin Hizbut Tahrir Tunisia mengatakan “Dengan
disetujuinya Hizbut Tahrir menjadi partai politik di Tunisia, kami akan
siap untuk membuat revolusi dengan perubahan radikal untuk menyatukan
seluruh negara Islam,” katanya.
Sementara berbagai media Tunisia menyayangkan atas keputusan
pemerintah menyetujui Hizbut Tahrir sebagai partai politik, lantaran
media di Tunisia tidak pernah melihat peran aktif gerakan Hizbut Tahrir
dalam gerakan pemberontakan 2011 untuk menggulingkan Ben Ali.
Abdel Somued, salah satu jurnalis koran lokal Tunisia mengatakan
“Kita sangat menyayangkan ada gerakan Islam yang tidak pernah ikut aktif
dalam revolusi tetapi diakui oleh pemerintah sebagai partai politik.
Ini sama saja memasukan sebuah benalu kedalam sistem pemerintahan
Tunisia,” tuturnya.
Walaupun begitu Partai Islam En-Nahda tetap menyatakan untuk
berkomitmen dalam kebebasan berdemokrasi tanpa benar-benar menghambat
kebebasan beberapa gerakan Islam yang lainnya. Hal inilah yang
menyebabkan beberapa kelompok liberal dan sekuler mengkhawatirkan bahwa
Partai En-Nahda sudah mempersiapkan sebuah hukum untuk menjadikan
Tunisia sebagai negara bersyariat Islam.
Diposting oleh
Agus eSWe
0 komentar:
Posting Komentar