SEPENGGAL FIRDAUS DALAM KELUARGA KADER PKS
Background ummi-abi itu bukan syari'ah, tetapi ummi dan abi selalu bersemangat menanamkan keindahan islam dalam keluarga. Sejak kecil, setiap pagi ketika liburan kami selalu didengarkan murotal, atau jika bukan murotal, kami diputarkan nasyid-nasyid harokah. Untuk pengajaran Al Qur’an, kami tidak pernah ikut TPA, Ummi-abi yang langsung mengajarkan kami Al Qur’an. Setiap habis shalat berjamaah, biasanya abi dan ummi memangku kami untuk menghafal surat-surat pilihan, seperti ayat kursi, alwaqiah dll. Abi yang mentasmi'kan, kami mendengar baik2, lalu mengikuti, begitu terus setiap hari, dan alhamdulillah kami pun hafal.
Kami bersekolah di sekolah dasar yang sangat jauh dari rumah dan hampir setiap hari diantar abi naik motor. Di sepanjang perjalanan menuju ke sekolah abi selalu membimbing kami untuk melancarkan hafalan Al Qur’an yang biasa kami hafalkan setelah sholat, seringkali abi juga membimbing kami menghafalkan Al Matsurat. Abi memang punya prinsip, ketika beliau sedang bersama anak-anaknya, beliau selalu mengoptimalkan waktu tersebut. Pokoknya tidak ada hal selain hal-hal yang bermanfaat. Bagi Beliau, yang terpenting hubungan antara ayah dan anak selalu terbina dengan baik dan pembinaan tersebut diterapkan abi melalui hal-hal yang bermanfaat. Sampai saat ini, walaupun abi super duper sibuuuk.. Alhamdulillah, kami tidak pernah merasa kekurangan kasih sayang dari kedua ortu kami.
Abi dan Ummi selalu punya waktu untuk kami, setiap anak bahkan memiliki jadwal curhat ke ummi dan abi. Kami terbiasa untuk berbagi cerita dengan ummi dan abi, baik itu tentang cita-cita kami ataupun masalah yang kami punya. Waktu Syayma duduk di kelas 1 sekolah dasar, abi pernah bilang "kalau ada anak abi yang hafal 1 juz, abi akan kasih uang 500rb", Wow, amazing banget!! Dulu.., 500 ribu itu sangat besar bagi kami anak-anak yang masih kecil. A Marwan masih duduk di kelas 3 SD, Aku kelas 1 SD, dan Ainal masih TK. Aku langsung bilang, "abi dapat uang dr mana sebanyak itu ? Berarti kl aku hafal 30 juz dpt 15 juta dooong…", dengan enteng Abi menjawab, "tenang aja…Abi tinggal minta sama Alloh. Yaa.. Alloh, berikanlah rizki untuk kami, rizki yang berkah dan halal", mendengar jawaban abi, aku jadi panik karena waktu itu lagi zamannya krisis moneter alias krismon. Syayma berfikir, ini yang ngasih tantangan sudah siap, masa sekarang yang ditantang gak siap????. Dulu Syayma berfikir, "hmm.. Satu juz itu banyak banget. Aku mana mungkin bisa, A Marwan lah yang bisa... Aku mana mungkin bisa, yaa…sudahlah, anggap saja abi bilang itu cuma buat A Marwan". Pada akhirnya aku pun melupakan janji itu, dan terus berpikir bhw hafal 1 juz adalah sebuah kemustahilan bagiku.
Selama sekolah dasar aku hanya hafal An Nas - Al Ghasiyah karena saat SD kami belum intensif dalam program tahfidz. Memasuki jenjang SMP, aku masuk ke Al Kahfi. Awalnya aku menolak, fikirku, nanti aku kekurangan kasih sayang ummi dan abi tetapi aku luluh mendengar kata-kata ummi, "Ka, ummi dan abi menyekolahkan kamu di Al Kahfi itu bukan untuk membuang kamu atau bagaimana. Ummi abi itu menitipkan kamu bukan kepada Ustadz Ajid, bukan juga kepada ustadz ustadzah disana, tapi ummi abi menitipkan kamu kepada Alloh. Menitipkan agar kamu bisa bertambah shalihah dan tambah pintar di sana. Ummat ini butuh orang-orang shalih yang cerdas", hingga akhirnya aku bersekolah di Al Kahfi.
Sekolah Al Kahfi itu ceritanya punya program tahfidz, wajib setoran 5 baris per hari tapii.. kalau bacaan Quran-nya belum standar, kita harus masuk ke kelas tahsin dulu dan aku termasuk yang harus gabung ke kelas tahsin. Di kelas itu aku mdapat musyrifah yang benar-benar tegas, Ustadzah Yuni namanya, tak perlu banyak waktu untuk menyamakan bacaan Quran ku dengan teman-teman yang lain sampai akhirnya aku masuk ke kelas tahfidz. Perasaan ku saat itu campur aduk antara terharu dan bahagia, aku pun mulai menghafal An Naba, masih bersama Ustadzah Yuni. Payah…aku merasa payah sekali...saat itu.. aku yang sudah terbiasa menghafal dengan cara auditori yaitu dengan cara mengikuti bacaan abi, saat itu harus menghafal dengan cara membaca. Berat…Ini sangat berat...Halaman awal surat An Naba sebagian kecilnya pun luntur karena keringat yang mengucur dari ibu jariku yang terus membaca halaman itu berkali-kali, susah. Saat itu aku tdk hafal-hafal, aku pun terasa agak sedikit frustasi sampai aku tidak bisa maju-maju untuk menyetorkan hafalan, karena memang belum hafal... Apa yg mau disetorkan?!. Pada akhirnya ustadzah ku bilang, “kalau Syayma gak maju setoran, Syayma harus meninggalkan semua ekskul yang Syayma ikuti, Syayma harus fokus dengan Al Quran.” Aku panik.. Aku bukan tipe anak pendiam, bagaimana mungkin aku gak ikut ekskul, itu berat banget.... Seperti kehilangan duniaku… Akhirnya aku maju juga dan dapatlah nilai 5, Alhamdulillah.. Setidaknya sudah setoran (tersenyum).
Kejadian tersebut langsung aku ceritakan ke ummi. Aku bilang, “Ummi aku gak kuat menghafal”, -Aku memang yang termasuk ketinggalan dalam pelajaran Bahasa Arab dan Al Qur’an di SMP- Terus ummi bilang, "Ummi dan Abi tdk pernah memaksa agar kamu menjadi anak yang hafal Al Quran atau jago Bahasa Arab, Ummi Abi hanya ingin Kakak menjadi anak yang shalihah, yang berguna untuk agama dan bangsa.. Sudah.. Dijalani saja dulu.. Pelan-pelan.. Dinikmati saja". Aku pun mulai menghafal tanpa beban.. Pelan-pelan.. Aku sugestikan, Aku pasti bisa. Alhamdulillah juz 30 terlampaui dan aku mendapatkan janji dari abi, 500 ribu rupiah. Itu pertama kali-nya Aku membuktikan bahwa ketakutan dan ketidak-bisaan harus dihancurkan, karena Insya Allah, with Allah imposibble is nothing.
Tiba akhirnya kenaikan kelas, Syayma naik ke kelas 8. Tradisi di Al Kahfi, setiap kenaikan kelas selalu ada upacara pengumuman siswa berprestasi, termasuk pemilik hafalan terbanyak. Setingkat dengan Syayma, ada anaknya Ustadz Tamim dan saat itu dia yang menjadi hufadz terbaik dengan hafalan 5 juz. Aku kaget banget… Hah? 5 juz!!! Itu anak hebat banget. Gimana itu cara ngafalinnya?!!! Aku aja yang udah jungkir balik ngapalin baru sampai juz 30. Nah saat itu aku juga baru tau kalau keluarganya Ustadz Tamim itu anaknya hufadz semua. Waahh… envy abis.... Aku kan juga mau ngasih mahkota dan jubah kemuliaan untuk Ummi dan Abi. Saat upacara itu aku berazzam untuk bisa nyusul dia –minimal- kalo bisa, aku ‘ngebalap’ dia (sambil senyum). Dalam fikiran ku saat itu, kita sekolah ditempat yang sama, makan dari dapur yang sama dan diajar pun oleh guru yang sama maka tidak ada kata untuk tidak berusaha, aku harus berprestasi seperti dia.
Di Al Kahfi kebetulan ada program takhosus (kelompok khusus) yang berisi anak-anak yang ingin setoran tahfidz melebihi capaian anak-anak regular. Tidak semua anak bisa masuk ke kelompok takhosus, banyak yang ingin masuk tapi ada tes-nya yaitu menghafal 1 halaman Al Quran yang kemudian disetorkan ke musyrifah yang jadi penanggungjawab tahfidznya langsung, nah ini yang bikin tes-nya jadi susah, grogi.. (sambil tertawa). Aku pun mencobanya dengan memberanikan diri walaupun saingannya hebat-hebat dan banyak banget (tertawa) dan ternyata aku gak lulus (tertawa). Pada akhirnya aku pun tetap di kelompok regular dan aku berazzam harus bisa setoran hafalan sama dengan capaian anak takhosus. Setiap di sekolah, saat anak-anak lainnya jajan, aku gak punya keinginan jajan, aku menghafal Quran saja di kelas. Saat ada waktu senggang lainnya aku menghafal lagi.
Saat dulu setoran aku sering dapat nilai jelek, kalau dapat nilai tujuh, rasanya sudah bersyukuuuuurr…sekali. Kalau aku ceritakan ke ummi, ummi bilang, “Ya sudah ga apa-apa yang penting coba dan terus coba..kalau kakak berhenti, semuanya selesai”. Ummi memang sering menelfon ke asrama menanyakan perkembangan pelajaran dan tahfidz ku di sekolah. Ummi selalu kasih motivasi untuk selalu maju dan terus maju, kalau lelah atau jenuh boleh istirahat sebentar atau refreshing, tapi gak boleh mundur, harus tetap maju. Ummi menanamkan itu dalam sekali dan itu menjadi salah satu prinsip hidup Syayma. Ummi memang selalu punya keinginan anak-anaknya maju. Kata ummi, walaupun kita tinggal di kampung, tapi kita harus berwawasan dan berkemampuan internasional. Nah jadilah..saat itu Alhamdulillah lulus SMP dapat hafalan Al Qur’an 7 Juz, paling banyak di akhwat dan selisih 2 Juz sama anaknya Ustadz Tamim. Aku juga semakin semangat menghafal, dan Alhamdulillah akhirnya selesai juga.
Dukungan Ummi dan Abi itu full, mulai dari motivasi, kasih contoh langsung sampai-sampai kalau ada acara apapun yang terkait Al Qur’an pasti kita langsung dimodalin (sambil tersenyum). Syayma juga sempat futur, males menghafal, tapi Ummi terus memotivasi Syayma. Kalau Syayma lagi libur, Syayma liat Ummi tetap memegang Al Qur’an saat mencuci baju. Ummi mencuci baju pakai mesin jadi sambil menunggu ummi menghafal Al Qur’an. Waktu itu Syayma bilang, "Ummi Subhanallah sampai nyuci juga tetap menghafal Al Qur’an". Syayma merasa tertohok (sambil senyum) jadi Syayma gak mau males lagi. Jawab Ummi, "Iya, ummi malu, masa ummi yang ngasih anak-anaknya motivasi menghafal Quran tapi umminya gak semangat menghafalnya maka-nya ummi juga sedang berusaha".
Sungguh sepenggal firdaus dalam kehidupan salah satu keluarga kader PKS, seperti yang di ceritakan langsung oleh Syayma Karimah Binti H. Muhammad Suparyono. Menikahi Miftahatul Bariyah, H. Muhammad Suparyono, yang sampai saat ini masih diberikan amanah sebagai Ketua DPD PKS Depok, dikaruniai Allah 5 orang Qurrota’ayun, salah satunya adalah Syayma Karimah. Muslimah yang lahir di Bogor, 5 juni 1994 lalu ini, kini sedang menjalani status baru-nya sebagai mahasiswi kedokteran setelah diterima di Fakultas Kedokteran, UNS, Solo tahun 2012 lalu, berkat kelebihannya menghafal Alquran.
Sebuah Keluarga adalah karakter sebelum rumah tempat berteduh. Sebuah keluarga adalah karakter jatidiri sebelum ruang tempat berbagi cerita. Jadikan keluarga sebagai basis penanaman nilai-nilai kebaikan (El Shanti Yuliana, 2013).
Ketika akan menikah janganlah mencari istri tetapi carilah ibu bagi anak-anak kita. Janganlah mencari suami tetapi carilah ayah bagi anak-anak kita (Twitt @NasihatEyang, 2013).
“Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka” (Qs. An Nisaa : 34).
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan, dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf” (Qs. Al Baqarah : 233).
SELAMAT HARI KELUARGA, 29 Mei 2013.
[pksdepok]
0 komentar:
Posting Komentar