Ironi Mursi dan LHI
By: Nandang Burhanudin
****
Mursi dan LHI memiliki persamaan. Keduanya penghapal Al-Qur'an. Politikus. Akademisi. Sama-sama memahami fikroh integralitas dan universalitas dalam kehidupan, yaitu Islam sebagai Din-Dunya-Daulah. Kini keduanya sama-sama mendekam dalam tahanan atas kesalahan yang sebenarnya masih sulit dibuktikan.
Kesalahan Mursi terbesar adalah, berani menentang AS negara adidaya yang sekarang terlilit krisis. Buktinya, Detroit salah satu negara bagian AS, sudah menyatakan diri pailit. Penentangan Mursi terhadap AS menurut banyak pengamat terlalu ekstrim. Di awal menjadi Presiden, Mursi sudah berani menggelorakan (dan dipraktikkan dalam aksi nyata) program swasembada gandum, yang di masa Mubarak, 4 dari 5 roti yang dimakan orang Mesir berasal dari impor dan hutang AS. Bahkan Mursi menolak lobi-lobi AS yang menawarkan harga sesuka Mursi, yang penting Mursi membatalkan proyek swasembada gandum.
Selain gandum, Mursi pun bersemangat melakukan independensi sektor industri berat. Mulai dari industri gerbong kereta (lokomotif), industri mobil An-Nasr-pesawat tanpa awak-Tablet. Juga Mursi dipandang membandel karena bersikukuh melanjutkan proyek modernisasi Kanal Suez, yang diprediksi para ahli akan menjadikan Mesir negara kaya raya. Dari segi geopolitik, Mursi mengantarkan Mesir dalam kebebasan bebas aktif yang menyeimbangkan antara Timur-Barat. Mursi mengunjungi India, China, Iran, Russia, Brazil, Afrika Selatan, Turki yang menghasilkan ragam MoU spektakuler. Namun semua kerja Mursi itu bubar. Kini Mursi berada di dalam pengawasan militer, atas kesalahan yang sebenarnya masih terbuka untuk dikoreksi.
Lain lagi LHI, Luthfi Hasan Ishaq, Presiden PKS ini sudah hampir 4 bulan mendekam dipenjara dengan tuduhan yang berubah-ubah; berawal tuduhan suap, pencucian uang, hingga "aroma" tak sedap karena dikesankan hobi bermain perempuan.
Usut punya usut, dramatisasi penangkapan LHI seiring sejalan dengan pesanan juragan Sapi, dimana kader PKS menjadi Mentan dan sangat rajin melakukan swasembada daging dan kebutuhan pokok. Apa yang menjadi lumrah bagi orang lain, dengan nilai kejahatan yang "wah" dan "wow", namun bagi LHI dengan tuduhan suap 1 milyar yang belum terbukti "lebih renyah" digoreng daripada kasus-kasus Anas Urbaningrum atau Andi Mallarangeng, Ibas, hingga Sang Besan, atau politikus lainya.
Keputusan Junta Militer dengan penangkapan kasus LHI, berbuah simalakama.
Perhatikan, Jenderal As-Sisi makin galau. Jika terus menerus "memenjarakan Mursi" Presiden yang telah memilihnya menjadi Menhan dan Pangab. Jika tidak dibebaskan, Mursi semakin populer. Massa proMursi tidak lagi dari kalangan internal Ikhwanul Muslimin, tapi hampir dari seluruh masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah. Bahkan Prof. Dr. Zaghlul An-Najjar, ilmuan Islam pakar Sains Islami kenamaan menyebutkan di wawancara Al-Jazeera, "Demonstran proMursi berasal dari kalangan terdidik, rasional, dan visioner. Berbeda dengan demonstran prokudeta. Rata-rata adalah bayaran, sampah masyarakat, dan pelaku kejahatan yang dibayar."
Namun jika Mursi dibebaskan, Mursi akan naik level sebanding dengan tokoh reformis dunia semisal: Martin Luthor King, Mahatma Gandhi, Nelson Mandella. Bahkan bisa jadi Mursi akan berada di posisi terdepan, "bertelangjang dada" , menentang tirani junta militer.
Kini As-Sisi dan timnya dibuat linglung. Berkali-kali dibuat tuduhan miring terhadap Mursi, namun malah membuat Mursi semakin dicintai rakyat Mesir. Dikenai kasus pidana, Mursi sama sekali tidak pernah menyalahgunakan kewenangan dan fasilitas negara. Gaji tidak diterima. Masih menempati rumah sewa dengan biaya sendiri. Keluarganya tidak menerima hak privilage dari negara. Tuduhan korupsi-penyalahgunaan wewenang-atau pidana lainnya, sangat tidak diterima rakyat.
Hal ini mirip dengan kasus LHI. Walau mungkin dengan strata dan kualitas kasus yang berbeda. Namun bisa kita baca, gaung "poligami dengan anak SMK" mengalahkan gaung korupsinya itu sendiri. Bahkan di banyak tulisan, saya meminta KPK segera menghukum LHI, agar jelas di sisi mana dosa yang hingga kini selalu dijadikan amunisi untuk menyingkirkan PKS sebagai kekuatan politik Islam terbesar di Indonesia. Nampak KPK kebingungan, dibebaskan salah tidak dibebaskan salah.
Satu hal yang pasti, efek simalakama itu kini masih merugikan Mursi dan LHI. Minimal mereka tidak bisa merayakan Shaum Ramadhan dan Idul Fitri bersama keluarga tercinta. Namun dalam jangka panjang, saya yakin simalakama itu akan menjadi racun mematikan buat Junta As-Sisi dan arogansi KPK. Selamat ber-ironi!
0 komentar:
Posting Komentar