Jenderal As-Sisi: Anda Pergi atau Dituntut Mati!
By: Nandang Burhanudin
*****
"Jangan bersedih, Anda memang tidak lagi menjadi PresidenMesir saja. Malah kini Anda menjadi Presiden pilihan setiap muslim Arab yang merdeka!"
Itulah kobaran semangat yang disampaikan Syaikh Raid Shalah, pimpinan gerakan Islam di Palestina. As-Sisi benar-benar salah perhitungan. Kudeta telah mengorbitkan sosok Moursi sekaligus jamaah Ikhwanul Muslimin dan fikrohnya ke seluruh dunia.
Kini As-Sisi diabaikan para komandan Militer. Sebab kesepakatan awal dengan para komandan divisi, selain dewan Jenderal adalah: militer akan mendorong referendum untuk memilih Presiden baru atau menjadikan Moursi sebagai Presiden simbolik, yang tidak powerfull. Namun di lapangan benar-benar keluar kendali; pembubaran MPR, pembekuan UU, pemakzulan Presiden, hingga tragedi pembantaian di depan Mako Garda Republik.
As-Sisi kini dihadapkan pada kenyataan pahit: rakyat melawan dirinya. Kairo benar-benar dikepung. As-Sisi menjadi most wanted oleh rakyatnya sendiri. Ia bisa bernasib seperti Sadat, Nasser, atau Khadafi. Ia tak mungkin menggunakan kekuatan militer untuk membasmi demonstran sipil yang komitmen dengan perdamaian, jauh dari anarkisme, bahkan demonstran yang tdak pantas dijuluki teroris. Mengingat "jebakan" berbuat anarkis, tidak ampuh lagi menggiring Ikhwanul Muslimin. Demosntran ideologis. Yaitu demonstran yang siap diam berpuluh-puluh hari. Bukan demonstran yang sekedar datang, diam 4 jam, kemudian pergi ke mall-mall. Tapi demonstran yang siap mati, dengan telanjang dada, demi cita-cita dikembalikannya hak yang dirampas oleh kaum sekuler-liberal-muslim ambigu yang didukung militer dikembalikan.
Solusi yang kembali dirasa pahit bagi dirinya: Militer akan membantu mengeluarkan As-Sisi lari dari Mesir ke LN, seperti Zainal Abidin Ben Ali Presiden Tunis ke Saudi atau Marsekal Madya Syafiq yang dilarikan ke Emirat Arab. Itu pun jika tidak, As-Sisi harus siap mati dibunuh pengawalnya sendiri.
Menurut hemat saya, As-Sisi akan dilarikan militer ke bandara untuk pergi ke tempat pengasingan. Kemudian ia menjadi pengamat di luar, sembari berharap mudah-mudahan Moursi saat menjadi Presiden mau berbuka hati memaafkan. Wahai As-Sisi, sekali lagi, sejarah selalu berpaling dari pengkhianat!
0 komentar:
Posting Komentar