PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

Benang Merah Pemuja dan Penghina Demokrasi
By: Nandang Burhanudin
*******

Pernahkah kita bertemu dengan individu yang mahir mendeskripsikan dan memaparkan dalil-dalil lengkap dengan silsilah, sanad, analisa lafazh, asror makna, balaghah, hingga rincian ayat Al-Quran dan hadis? Namun saat melihat realita di lapangan, kita terhenyak, shock, karena ternyata keahlian yang begitu amazing di tataran teori namun miskin aksi dan bukti.

Bukankah kita mahir memamekan ayat ayat Ilahi tentang kebersihan, profesionalisme, haramnya ekonomi ribawi, indahnya persatuan, dll. Perhatikan di lapangan nyata!



Sang juru dalil itu hidup kumuh, bau, jorok dengan dalih waro.
Sang dai itu hidup malas, santai, bahkan cenderung menjadi beban masyarakat.
Sang juru dakwah itu masih menggunakan uang kertas, bahkan hidupnya ditopang derma.
Sang propaganda itu justru larut dalam kenikmatan mengkafirkan, membidahkan, menganggap bodoh-dungu, dan mengelompokkan orang lain sebagai ahlunnar.

Jualannya ukhuwah dan persatuan, tapi hobi mencaci maki.
Dagangannya menjaga hati, namun malah menebar benci.
Nasihatnya jauhi namimah, namun ia tebarkan fitnah.
Propagandanya syariah, tapi maksud dan esensi syariah dianggap sampah.

Tengok pula kaum liberal sekuler. HAM hanya untuk non Islam. Demokrasi hanya 'ntuk jiwa jiwa angkara murka, kaum Sepilis, LGBT, dan mereka yang melawan kodrat Tuhan.

Islam yang benar tentu tidak mengajarkan kita menjadi pemuja demokrasi. Sebagaimana Islam tak pernah mendorong kita untuk antipati terhadap demokrasi. Islam tak mengajarkan umatnya kebablasan dalam hal apapun. Untuk itu, Islam terbaik adalah Islam yang mampu merealisasikan ayat-ayat Ilahi dan Sunnah Nabawi dalam aksi nyata di dunia realita. Bukan Islam yang hanya mampu menyampaikan dalil sekedar menanggapi realita. Karena Islam bukan sekedar vonis salah, tapi jugamengadirkan solusi NYATA di dunia realita.

Haramnya ekonomi ribawi, solusinya adalah menguasai sumber kehidupan yaitu harta dan modal.
Haramnya akhlak-akhlak tercela, harus diiringi kesantunan tutur kata.
Haramnya berpecah belah, harus dibuktikan dengan modal awal persatuan yaitu empati.
Haramnya demokrasi, harus dibuktikan dengan contoh nyata di alam realita bukan malah mengada-adakan dalil untuk menghalalkan menikmati produk demokrasi yang katanya Kera Dan haram.

Memang susah melihat sekedar sinyal empati di kala Moursi dan IM berjuang sendiri. Saat terpilih dicaci maki pejuang antidemokrasi. Saat dikudeta, ia pun dihina dina oleh pemuja demokrasi.

Saat menutup galian lubang ke Gaza dan diganti dengan pintu perbatasan yang terbuka, jangankan simpati, malah Moursi dan IM dituduh oleh kampiun antidemokrasi tidak mau membantu rakyat Palestina. Di sisi lain, ditiduh mendukun g sarang teroris oleh pemuja demokrasi.

Itu sekedar contoh....tak perlu mencari duri dalam durian. Cukup dari aroma, kita bisa paham. 


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

Arsip Tulisan

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).