Antara DAI dan CAD
By: Nandang Burhanudin
****
Usai Jumatan, seorang jamaah menghampiri.
"Assalamu'alaikum. Apa kabarnya tad? Makin maju aja .. he he ", ungkapnya ceria.
"Waalikum salam. Aaamin. Tapi kalau yang maju perut, mau saya mundurin nih ...", jawab sang ustadz.
"Iya ya ... PKS (Perut Ke depan Sedikit) .. he he ", candanya.
"PD kali pak ... he he ....", sang ustadz balas bercanda.
"PD apaan tad?" ia penasaran.
"Perut Double maksudnya ...", sang ustadz gk kalah cerdas.
"Ngomong2, pak Ustadz gak diCAD-kan nih?" tannya serius.
"CAD ... apaan pak?", ustadz pura-pura gak tahu.
"Itu Calon Anggota Dewan ....kan lagi pada musim ...." ujarnya.
"Ooo ... ndak lah pak ... saya gak cocok kerja di Dewan. Bisa bocor... bocor ... bocor ... he he ", sang ustad menirukan iklan.
"Wah .. bocor gimana tad?", ungkapnya malah serius.
"Ya bocor ... umat itu perlu perekat. Jangan bedol desa. Biarkan ada yang mengurus pendidikan, kampus, dan majlis taklim .... tapi tetap saya dukung para CAD", jelas sang ustadz.
"Wah ... top tadz ... setuju pemikirannya. Lagian kalau ustadz jadi CAD, saya juga belum tentu milih ... he he ... Saya lebih setuju ustadz itu jadi DAI", ungkapnya serius.
"Kan sekrang juga da'i pak ...", tegas sang ustadz.
"DAI maksud saya ... Doublekan Anak dan Istri ... he he he .... Assalamua'alaikum..."
"Waduh? $#$#$", sang ustadz kebingungan.
0 komentar:
Posting Komentar