PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

Kalau ada sebuah partai politik yang paling menggemaskan untuk dihujat dalam dua tahun terakhir ini tentunya adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Meskipun tidak tercatat sebagai kader dan simpatisan, saya tertarik membahas parpol yang satu ini karena secara konsisten saya menemukan komentar-komentar negatif yang terlalu ramai pada setiap artikel yang memberitakan tentang partai ini, terutama di media-media online besar seperti Kompas.com, Detik.com, Okezone.com, Republika.co.id, Vivanews.com dan Inilah.com.

Komentar-komentar negatif ini datang dari berbagai pihak dengan bermacam afiliasi politik termasuk yang mengaku apriori dan apatis terhadap politik. Lucunya komentar atau lebih tepat hujatan ini kadang benar-benar tidak ‘nyambung’ dengan berita, pokoknya apapun beritanya akan dihajar dengan hujatan-hujatan kejam yang ramainya minta ampun. Jika persentase hujatan terhadap jumlah komentar ini telah melebihi 95% tentunya akan berdampak pula terhadap opini publik.

Kalangan yang pro PKS katakanlah kader atau simpatisan barangkali pernah mencoba memberi warna pada kolom-kolom komentar ini, namun bisa dipastikan akan segera di-bully dan dihajar beramai ramai dengan sebutan onta.

Nah barangkali perlu juga kiranya saya klasifikasi jenis-jenis hujatan tersebut dan dihadapkan pada faktanya (ini bukan klarifikasi, cuma ingin sedikit berimbang karena kita sama-sama cuma pengamat).

Partai Koruptor Sejahtera, ini adalah typical hujatan yang lumayan laris, bahkan mewakili 30 % dari hujatan. Tudingan ini awal mulanya muncul karena kasus Misbakhun yang divonis bersalah dalam kasus Bank Century. Beberapa kader lain yang diperiksa terkait dugaan korupsi adalah Tamsil Linrung, Anis Matta dan Rama Pratama. Jumlahnya 4 orang, persis seperti laporan Sekretaris Kabinet Dipo Alam. Namun menarik dicermati, karena 3 orang yang terakhir ternyata tidak sampai ke Pengadilan Tipikor, hanya ditanya-tanya saja. Dan ajaibnya, orang yang paling terkenal yaitu Misbakhun pada akhir cerita justru divonis BEBAS MURNI oleh Mahkamah Agung dan nama baiknya dipulihkan. Yang bersangkutan bahkan sempat menulis buku berjudul “Melawan Takluk : Perlawanan dari Penjara Century” yang berkisah tentang rekayasa hukum yang dialaminya. Artinya hingga saat artikel ini ditulis, tidak ada satupun kader PKS yang terbukti korupsi. Tudingan koruptor sejahtera ini lebih banyak karena sangkaan karena beberapa petinggi partai seperti Anis Matta memang cukup tajir dan hidup mentereng.

Partai Ketagihan Syahwat, atau jenis-jenis hujatan yang terkait dengan perilaku seksual para kadernya. Hujatan ini mengemuka dan membahana sejak tertangkap kameranya Arifinto, yang terpilih dengan sangat cermat oleh seorang juru kamera Metro TV dari 500-an hadirin di Ruang Rapat Paripurna DPR. Yang bersangkutan katanya terbukti menonton video porno dari Samsung Galaxy Tab nya. Tak ayal lagi peristiwa aneh dengan probability 1/550 ini menjadi akhir tragis dari karirnya, dimana yang bersangkutan akhirnya dipaksa mundur dari partai. Namun karya sang fotografer Metro TV ini akan tetap abadi dalam ingatan masyarakat dan menjadi cela yang tak pernah hilang bagi PKS. Metro TV memang jagonya dalam membuat berita negatif tentang PKS, ada apa? Tentunya kita sudah sama-sama tahu.

Partai Kemunafikan Sejati, konon kabarnya ini soal pilihan PKS untuk berkoalisi dengan Fauzi Bowo pasca kekalahan Hidayat Nur Wahid dalam Pilkada DKI Jakarta Putaran Pertama. Kabar soal mahar milyaran dari Foke yang entah iya entah tidak, dihembuskan dengan sangat kencang oleh pendukung Jokowi-Ahok. Banyak juga yang mengaku-ngaku bekas kader, bekas simpatisan, bekas konstituen dan lain-lain yang berkomentar soal kemunafikan ini. Namun saya heran, munafik itu artinya apa? Dan apakah munafik itu menimbulkan kerugian negara? Lalu siapa saja yang tidak munafik? Oh come on, ini kan dunia politik, bukan pernikahan yang mengharamkan perselingkuhan.

Partai Poligami. Hmm, sepertinya bukan hanya kader PKS deh yang berpoligami namun kenapa yang paling disorot adalah PKS? Soekarno, Hamzah Haz, Abdullah Gymnastiar dan banyak lagi tokoh-tokoh politik dan kyai-kyai juga berpoligami. Selama mereka tidak membuat Poligami Award ala Ayam Bakar Wong Solo kenapa harus dihujat?

Partai Keranjang Sampah, wah yang ini gak tahu deh artinya apa.

Kesimpulan sementara, saya bingung dengan hujatan-hujatan ini, karena banyak yang tidak faktual, sudah expired, tidak masuk akal, tidak nyambung dan lain lain. Apa yang sebenarnya diharapkan masyarakat dari PKS sebagai partai politik?

Kalau cuma untuk mengisi gedung parlemen dan gedung pemerintah daerah, tentu kriteria bersih dari korupsi sudah cukup. Terus terang saya tidak terlalu peduli dengan aspek urusan pribadi mereka-mereka selama tidak merugikan negara. Bukankah pada hakikatnya setiap politisi itu hanya pekerja sosial yang kita gaji dengan uang pajak? Selama mereka amanah dengan gaji yang mereka terima tentunya tidak masalah.

Bagaimana menurut Anda? Ada yang lebih baik dari PKS untuk soal ini? [Fadli Zulfadli-kompasiana.com]

 

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

Arsip Tulisan

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).