Skenario Syiria
By: Nandang Burhanudin
***
N.N.M. News melaporkan, hari ini 13/1/13 (tadi malam waktu Syiria), Dubes Iran untuk Syiria bersama beberapa perwira Rusia (termasuk 4 jenderalnya) tewas setelah mobil konvoi rombongan dirudal pasukan pejuang Syiria. Pertemuan sang Dubes dengan Presiden Assad pun batal.
Setelah 21 bulan perang saudara di Syiria, arah masa depan rakyat Syiria semakin buram. Sebab, kendati sudah menelan 50 ribu lebih korban sipil, perang saudara tak kunjung menemukan titik terang. Hal ini disebabkan terlalu pekatnya kepentingan pihak Barat (AS), Eropa, Rusia, dan Iran.
Pada awal pertempuran, AS dan Eropa "seakan-akan" nampak berang terhadap Assad. Namun saat AS+Eropa harus berhadapan dengan koalisi Iran+Rusia dan China, AS tak lagi bersemangat ikut campur dalam urusan Syiria. Kondisi ini benar-benar membuat Assad jumawa, dan dengan santai membantai warganya yang tak berdosa.
Namun pihak Arab, yang dimotori Qatar, nampak geram dengan keangkuhan Assad. Akhirnya, mereka menjadi sponsor para pejuang Syiria. AS dan Eropa pun nampak setuju dengan inisiatif Qatar. Mereka turut mempermudah suplai senjata dan tidak menghalangi keberangkatan mujahidin negara-negara Arab ke Syiria.
Ibarat buah simalakama. Kebijakan Qatar yang disetujui AS-Eropa ini menjadi bumerang.
1. Di sisi lain, AS terusik dengan pembantaian yang selama ini digambarkan bahwa AS terkesan sebagai POLISI DUNIA dan anti membunuh warga sipil. Namun, kebijakan pembantaian Assad sangat menolong Israel karena Assad telah menjadi "sukarelawan" Israel yang membunuhuh generasi muda yang di masa depan menjadi ancaman bagi Israel. Bahkan sejak 45 tahun, Syiria di bawah Assad menjadi benteng aman bagi Israel.Karena selama kurun waktu itulah, tak satu pun peluru yang ditembakkan ke Israel.
2. Di lain sisi, dukungan Qatar terhadap mujahidin semakin mengokohkan kekuatan mujahidin Syiria yang dikomandoi oleh Jabhah Nushroh. Front An-Nushrah inilah yang banyak diklaim oleh gerakan-gerakan Islam. Bahkan mujahidin Liwaul Islam, Anshar Tauhid, dan beberapa brigade lainnya yang semakin gigih dan menunjukkan kemajuan diklaim oleh gerakan muslim ambigu.
Padahal Jabhah Nushrah berafiliasi ke IM, dan di sana bergabung mujahidin dari beberapa negara Arab termasuk Mesir, Tunis, Libya, dan Saudi.
Soliditas kekuatan mujahidin yang semakin kokoh ini semakin memperkuat prediksi dan analisa, bahwa Syiria akan dimenangkan oleh gerakan Islam Sunni. Maka AS-Rusia-Iran segera membuat strategi berikut:
1. Menyerukan gencatan senjata dan menekan Assad untuk berdamai.
Tujuannya, bukan untuk mencegah Assad menyerang pejuang Syiria, tapi justru untuk melanggengkan Assad di tampuk kekuasaannya. Opsi ini jelas-jelas ditolak oleh mujahidin. Mereka lebih memilih terus berjihad hingga titik darah penghabisan.
2. Melengserkan Assad. Opsi ini sudah disepakati dengan Iran, dengan syarat:
Iran tidak diotak-atik dalam urusan nuklirnya. Saat ini tengah dicari cara bagaimana agar Assad dan keluarganya tidak bernasib seperti Moammar Qaddafi.
3. Membiarkan mujahidin berkuasa, namun dengan pimpinan yang ditunjuk oleh Rusia-AS-China-Iran. Skenario inilah seperti yang terjadi di Afghanistan, Irak, dan Palestina.
Sikap mujahidin terhadap opsi-opsi di atas adalah wait and see. Sebabnya adalah:
1. Belum adanya tokoh sentral yang bisa menyatukan semua faksi mujahidin di Syiria.
Tokoh sentral ini sangat penting, sebab Syiria adalah negara yang heterogen. Faksi-faksi yang berjuang saat ini, bukan hanya mujahidin Sunni, tapi ada juga faksi-faksi kabilah, Kurdi, dan klan-klan yang selama Assad berkuasa merasa dianaktirikan.
2. Kemenangan hakiki belum dicapai.
Mengingat rejim Assad masih bercokol dan masih dilindungi. Pihak mujahidin sudah paham betul, sikap AS+Rusia adalah sikap yang mengail dengan dua kail. AS+Rusia hanya memikirkan kepentingan sendiri, tidak memikirkan kepentingan rakyat Syiria.
3. Mujahidin dan kelompok pejuang lainnya tengah menggalakkan dialog untuk menemukan titik temu, setelah Assad lengser.
Adalah kurang tepat, bila ada klaim bahwa mujahidin Syiria telah bersepakat menegakkan. Karena klaim-klaim khilafah justru ditolak oleh para komandan tempur lapangan, terlebih peran para penyeru khilafah di medan jihad tidak nampak.
Bagi mujahidin dan faksi-faksi pejuang di Syiria, PR pertama mereka adalah: tidak menonjolkan ego-ego dan kepentingan masing-masing. Karena dikhawatirkan seperti kasus Afghanistan, sukses mengusir Russia, tapi malah sibuk berperang satu sama lain.
Titik temu yang sudah disepakati adalah: mereka akan meniru Mesir. Dipimpin oleh faksi Islam-Sunni, tapi tetap mengedepankan pemerintahan demokrastis-sipil-dan mengakomodasi semua elemen yang ikut melengserkan Assad.
Jadi jika ada klaim, khilafah akan tegak di Syiria, saya haqqul yaqiin itu tak akan terjadi. Namun jika dalam 6 bulan atau tahun 2013 khilafah tegak, saya yang akan pertama hijrah ke Syiria. Insya Allah.
0 komentar:
Posting Komentar