Bertanya informasi BMKG tentang cuaca, kecepatan angin, tinggi gelombang sebelum berlayar? Sepertinya itu para penumpang pemula dan orang-orang yang biasa dimanjakan suasana. Saya salah satunya.
Mendapat undangan ke Bacan, Halmahera Selatan, di bulan Januari, bukanlah hal yang menyenangkan. Sepanjang informasi yang pernah saya dapat, Januari termasuk bulan dengan ombak besar dan angin kencang.
Dari awal saya sudah “ribut” dengan panitia soal perjalanan Ternate – Bacan.
“Tidak ada pesawat yang connect ke Bacan ustadz, karena pesawat Ternate Bacan hanya sepekan dua kali. Ustadz akan kami temani naik kapal”, kata panitia.
Hmmmm… Mau tidak mau harus naik kapal. Beberapa hari terakhir sering mendengar berita musibah kapal tenggelam di berbagai wilayah karena cuaca yang tidak baik. Ditambah informasi angin badai dari Australia.
Sesampai di bandara Ternate tadi pagi (Jumat 11/01/2013), saya langsung bergegas menuju loket Ekspress Air. Berharap ada penerbangan hari ini.
“Sudah terbang satu jam yang lalu pak. Baru ada pesawat lagi hari Rabu nanti”, kata petugas.
Okelah kalo begitu. Namanya juga usaha. Kapal laut berangkat nanti malam jam 21.30 WIT. Masih ada waktu ketemu ikhwah Ternate dulu, sekedar melepas rindu setelah tujuh tahun tidak bertemu.
Waktunya tiba. Jam 20.00 WIT berangkat dari hotel transit menuju Pelabuhan Bastiong, Ternate.
Di Pelabuhan Bastiong, kapal-kapal bersandar siap mengantar penumpang ke berbagai tujuan. Wujud dan kondisi kapal sangat beragam, tapi secara umum bisa dikatakan “tidak menarik”. Tampak tua dan kotor.
“Itu kapal yang akan antum tumpangi ustadz. Paling besar dan paling bagus disini”, kata akh Isnaini yang mengantar saya sejak tadi pagi.
Saya masih tertegun memandangi aneka ragam kapal yang tengah bersandar menunggu penumpang. Kapal-kapal kayu aneka ukuran. Rata-rata tampak tua, lusuh dan tidak meyakinkan.
“Kapal-kapal ini yang sejak dulu sampai sekarang menemani perjalanan dakwah ustadz Abdul Gani Kasuba”, kata akh Surahmat yang menemani saya mengobrol di atas kapal.
“Beliau sangat rajin berdakwah ke berbagai pulau-pulau di Maluku Utara, sampai berhari-hari tidak pulang. Beliau menggunakan kapal-kapal ini, bahkan kadang kapal yang kecil, untuk menjangkau daerah-daerah sulit”, lanjut Surahmat.
“Hal itu masih terus beliau lakukan sampai sekarang, setelah menjadi Wakil Gubernur. Sekarang ini beliau juga tengah berdakwah di kepulauan, sudah beberapa hari beliau belum pulang”, lanjutnya.
Subhanallah, tercengang saya mendengar cerita Isnaini dan Surahmat. Inilah medan dakwah ustadz Abdul Gani Kasuba. Saya mengenal beliau sejak dulu memang sangat senang berjalan dari satu pulau ke pulau lainnya. Ternyata sampai menjadi pejabat penting – Wakil Gubernur Maluku Utara– aktivitas dakwah ke berbagai wilayah itu terus beliau lakukan.
“Beliau tidak betah mengantor ustadz. Lebih suka berkeliling menemui masyarakat”, tambah akh Sodikun yang membersamai perjalanan saya di kapal.
Kapal yang saya tumpangi mulai bergerak. Saya masih memandangi kapal-kapal kayu tua yang bersandar di pelabuhan. Mereka menjadi saksi sejarah dan perjuangan dakwah seorang mujahid, Abdul Gani Kasuba.
Saya menjadi malu, sedemikian manja dan dimanjakan oleh fasilitas. Mau naik kapal saja masih banyak bertanya dan banyak khawatir. Bagaimana gelombang dan anginnya, bertanya informasi BMKG dan protes ke panitia. Maluuuuu……
Ustadz Abdul Gani melakukannya setiap hari. Tanpa khawatir, tanpa ribut. Semua beliau jalani dengan penuh ketulusan dan kecintaan.
Saya sangat yakin, ustadz Abdul Gani Kasuba sudah tidak peduli dengan semua informasi cuaca di sepanjang perjalanan laut tadi. Setiap saat beliau berkeliling, dengan perahu-pearhu tua yang bahkan tidak jelas apakah ada alat pelampung dan sarana keselamatan lainnya.
Kapal yang saya tumpangi semakin menjauh dari Pelabuhan. Mata saya tetap lurus memandangi kapal-kapal yang bersandar. Mereka semua adalah sahabat Abdul Gani Kasuba…..
Ternate – Bacan, di dalam kapal Teratai.
11 Januari 2013
[Ustd Cahyadi Takariawan]
0 komentar:
Posting Komentar