PERINDU SYURGA

Hati bersatu karena kerinduan pada Illahi

Khalifah Utsman Bin Affan radhiyallaahu 'anhu dibaiat oleh ahlul halli wal 'aqdi pada hari rabu tanggal empat bulan muharram tahun dua puluh empat hijriyah. Dengan demikian beliau adalah khalifah rasyidah yang ketiga. Selama tujuh tahun memerintah sejak dibaiat keadaan kekhilafahan yang dipimpinnya stabil dan aman. Futuhaat semakin meluas. Jumlah muslim bertambah seiring dengan masuk Islamnya penduduk wilayah-wilayah futuhaat. Namun, pada tahun tiga puluh hijriyah mulai muncul fitnah (huruhara). Itulah tahun pertama munculnya fitnah dalam sejarah kepemimpinan kaum muslimin.

Musuh-musuh Islam melalui gerakan saba`iyyah yang bersifat rahasia gencar menyebarkan akaadziib (berita-berita dusta) dan isyaa'aat (isu-isu). Tujuan mereka adalah untuk menciptakan perselisihan sehingga muncul ketidakpuasan yang akan melahirkan pemberontakan dan kekacauan kemudian menumbangkan kekhilafahan. Awal mula gerakan dimulai di Kufah, lalu ke Bashrah, dan kemudian ke Qahirah (Kairo) Mesir. Mereka berhasil memengaruhi kaum muslimin yang awwam dan bodoh. Sehingga tujuh ribu dari mereka bergabung menjadi pasukan yang melakukan pemberontakan di pusat kekhalifahan di Madinah Munawwarah.

Konspirasi berhasil gemilang ketika dua pemimpin gerakan saba`iyyah cabang Bashrah, yaitu Al-Asytar Malik Bin Al-Harits An-Nakha'iy dan Hakim Bin Jabalah, yang masih berada di Madinah berhasil mencuri cincin stempel khalifah dan memalsukan tanda tangannya. Maka keduanya merancang skenario kudeta. Mereka berdua memberangkatkan bujang khalifah dengan onta miliknya ke Mesir yang membawa surat pembatalan pengangkatan Muhammad Bin Abi Bakar sebagai gubernur Mesir sesuai tuntutan pemberontak saba`iyyah Qahirah. Dengan begitu saba`iyyah Irak yang sedang pulang menuju Kufah dan Bashrah dan saba`iyyah Qahirah yang sedang pulang menuju Mesir punya dalil untuk kembali lagi ke Madinah dan melakukan kudeta yang tertunda karena tidak memiliki alasan yang kuat.

Makar mereka dimulai dengan pengepungan kediaman khalifah selama empat puluh hari dan berakhir dengan pembunuhan khalifah pada hari jumat tanggal delapan belas bulan dzulhijjah tahun tiga puluh lima hijriyyah. Berkaitan dengan makar yang melibatkan kaum muslimin tersebut, Hanzhalah Bin Ar-Rabi' Al-Kaatib radhiyallaahu 'anhu berkata dalam syairnya:

عجبت لما يخوض الناس فيه ... يرمون الخلافة أن تزولا

ولو زالت لزال الخير عنهم ... ولاقوا بعدها ذلا ذليلا

وكانوا كاليهود أو النصارى ... سواء كلهم ضلوا السبيلا

Aku heran kepada orang-orang yang melibatkan diri dalam fitnah
Mereka hendak meruntuhkan khilafah agar hilang (dari dunia)

Seandainya khilafah hilang niscaya kebaikan hilang dari mereka
Sesudah itu mereka pasti mendapatkan kehinaan orang yang hina

Dan tentunya mereka menjadi seperti kaum yahudi atau nashrani
Semua mereka sama-sama menempuh jalan yang sesat

Gerakan saba`iyyah ini kurang berkembang di wilayah Jazirah dan Homs sebab gubernurnya adalah Abdurrahman Bin Khalid Bin Al-Walid, yang bersikap sangat keras dan tegas kepada mereka. Dengan tegas di berkata kepada unsur-unsur gerakan saba`iyyun yang ada dalam kekuasaannya: "Wahai alat syaithan, tidak perlu saya mengucapkan selamat datang kepada kalian. Sungguh syaithan telah kembali dengan penyesalan dan kegagalan. Sedangkan kalian masih tetap giat dalam kebathilan. Semoga Allah menjadikan Abdurrahman rugi dan hina bila tidak bisa menta`diib kalian. Wahai komplotan orang yang saya tidak tahu siapa kalian sebenarnya, apakah arab atau ajam (non arab), jangan coba-coba kalian bersikap kepadaku sebagaimana kalian bersikap kepada Sa'id Bin Al-'Ash dan Mu'awiyah Bin Abi Sufyan. Aku adalah anal Khalid Bin Al-Walid. Aku adalah anak panglima yang telah menundukkan bangsa ajam. Dan aku adalah anak panglima yang telah menghancurkan gerakan riddah (kemurtadan di masa Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq). Demi Allah, aku akan hinakan kalian!". Dia juga berkata kepada salah seorang pemimpin saba`iyyah Sha'sha'ah Bin Shuhan: "Wahai Ibnu Khathi`ah, apakah kamu tahu bahwa orang yang tidak bisa diperbaiki dengan kebaikan maka berarti dia harus diperbaiki dengan keburukan; dan bahwa orang yang tidak bisa diperbaiki dengan kelembutan maka dia akan diperbaiki dengan kekerasan!". Begitupun Abdurrahman berkata kepada mereka: "Mengapa kalian tidak membalasku sebagaimana kalian melakukannya kepada Sa'id di Kufah dan Mu'awiyah di Syam? Mengapa kalian tidak bicara kurang ajar kepadaku sebagaimana kalian lakukan pada keduanya?". Pada akhirnya, unsur-unsur saba`iyyah di Jazirah dan Homs menyatakan kejerihan dan kekapokannya. Mereka berkata: "Kami bertaubat kepada Allah dan memohon ampunan-Nya. Lepaskanlah kami semoga Allah melepaskanmu. Maafkanlah kami semoga Allah memaafkanmu."

Presiden Muhammad Mursi juga menghadapi kasus yang mirip dengan Khalifah Utsman Bin Affan radhayallaahu 'anhu. Muncul pemberontakan dari gerakan pelangis yang terdiri dari kaum sekular, kaum liberal, kaum nasserisme, kaum sosialis, kaum marxis, kaum komunis, kaum syiah, dan kaum nashrani qibthiy. Gerakan ini dibantu Uni Emirat Arab, Iran, dan Kuwait. Dan didukung Amerika dan Uni Eropa. Mereka merencanakan konspirasi untuk menjatuhkan Mursi selama dua bulan bahkan membunuhnya kalau punya kesempatan. Mereka menggerakkan orang-orang muslim yang awwam dan bodoh untuk mengepung istana kepresidenan Al-Ittihadiyyah. Mereka melancarkan aksi sepihak pengerusakan dan pembakaran kantor-kantor Al-Ikhwaanul Muslimiin. Dan media cetak dan elektronik digerakan untuk mendeskriditkan, memfitnah, menyebarkan isu dan kebohongan. Gerakan yang dipimpin Al-Barada'iy, Amr Musa, dan Syafiq tidak kalah buruk dan berbahaya dengan gerakan saba`iyyah di masa Khalifah Ustman radhiyallaahu 'anhu. Alangkah miripanya kasus kemarin dengan hari ini! Mursi berlaku lunak kepada para perusuh sebagaimana Khalifah Ustman juga melakukannya kepada saba`iyyah. Semoga ke depan Mursi bersikap tegas kepada pengkhianat negara sebagaimana dilakukan Abdurrahman Bin Khalid Bin Al-Walid. Dan semoga kaum Islamiyyun tidak terlambat mengirimkan pasukan penyelamat untuk membela Mursi sebagaimana keterlambatan itu harus dibayar mahal dengan syahidnya Khalifah Utsman radhiyallaahu 'anhu..
(ibnu lutfhie at-tamaniy)

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Perindu Syurga

Perindu Syurga
Cinta Kerja Harmoni

Arsip Tulisan

About Me

Followers

Pageviews

Hikmah Hari Ini

“Saya bersama kalian, saya berada diantara kalian, untuk memegang teguh syari’at Undang-undang. Kita mencintai Rab Kita melebihi tanah air kita, dan kita berbuat adil, adil dengan apa yang kita katakan. Kami menginginkan kemerdekaan dan keadilan untuk anak anak kita.” (Muhammad Mursi).